34. Teman Palsu?

31 4 0
                                    

Boleh minjam hp lo buat pesen gojek nggak? Motor gue mogok di tengah jalan tadi pagi," ucap Duta canggung.

Sila menghela napas kasar. "Kenapa nggak ngomong dari tadi sih!" Ia mengambil handphonenya dari dalam tas. "Nih." Sila memberikannya pada Duta dengan senang hati.

"Makasih Sila.. Tambah cantik deh," goda Duta.

"Udah cepetan nanti keburu maghrib," omel Sila.

Duta membuka aplikasi gojek di sana. Namun belum juga ia menekan tulisan cari driver, muncul gelembung notifikasi yang membuatnya menautkan alisnya bertanya-tanya.

"Instagram gue lo pegang Sil?"

Seketika jantung Sila seakan berhenti berdetak. Bahkan napasnya pun terasa jauh lebih berat.

Sila mendadak gagap. Ia memberanikan diri menatap Duta yang wajahnya sekarang sudah memerah.

"Jawab Sil!" tekan Duta. Tangannya sudah meremas ponsel Sila.

"Eee Duta gue bisa jelasin-"

"Lo tahu lancang nggak?" potong Duta dengan ekspresi datar. Yang menurut Sila itu menakutkan.

"Waktu itu lo kan pernah pinjem hp gue buat log in ig lo," bela Sila.

"Lo nggak tahu cara log out gimana?" sarkas Duta.

Sila kembali menunduk. Ia sangat takut. Tapi daripada ia tidak jujur, masalahnya akan semakin panjang. Sila mengumpulkan napas, lalu berkata, "Oke, gue tahu gue salah, udah lancang, dan sengaja nggak ngelog out ig lo. Gue bener-bener minta maaf, Ta.."

"Kecewa gue sama lo, lo busuk!" ucap Duta dingin namun penuh penakanan.

"Gue tahu gue salah-"

"Bullshit!" Duta menyodorkan handphone Sila dengan kasar di bahu Sila. Hingga cewek itu kehilangan keseimbangan. Lantas ia berlalu meninggalkan Sila sendirian.

"Duta! Ta! Gue minta maaf, dengerin gue dulu!" teriak Sila sembari terus mengejar Duta hingga keluar pagar sekolah. Namun langkah kecilnya tak bisa mengimbangi langkah Duta. Cowok itu sudah masuk ke dalam angkot.

"Duta!"

Sila menangis tak bersuara. Ia sangat frustasi. Bagaimana nasib hubungannya dengan Duta setelah ini.

Ia tahu apa yang sudah ia lakukan salah. Namun ia juga bingung bagaimana ia menjelaskan kepada Duta, apa alasan dia memegang instagram sahabatnya itu.

Sila memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Sepertinya ia harus segera pulang. Oh iya, ia harus membeli obat. Sila mengusap sisa-sisa air matanya. Lalu berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil motor.

Sementara di dalam angkot, Duta terdiam. Ia sangat sakit hati dan kecewa atas apa yang sudah dilakukan oleh Sila. Mengapa Sila sampai melakukan hal yang terlewat batas itu.

"Gue pikir lo sahabat terbaik gue, tapi nyatanya salah. Lo musuh dalam selimut, Sil," batin Duta.

****

Sampai di apotek, Sila langsung menghampiri petugas untuk menanyakan obat pribadinya.

"Permisi mbak, di sini ada obat clofritis nggak? Sebentar, saya punya bungkusnya." Sila merogoh sebuah benda dari dalam tasnya. "Ini mbak."

Karya Untuk DutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang