Dua minggu telah berlalu dengan cepat. Hari ini, SMA Bina Juara pulang lebih sore karena ada breafing untuk acara 2 hari kedepan. Mulai dari rundown acara hingga pembagian kelompok.
Satu kelompok terdiri dari 4 siswa, 2 laki-laki dan 2 perempuan dari berbeda-beda kelas.
"Sil." Yasya menepuk pundah Sila dengan ekspresi terkejut.
Sementara Sila masih sibuk mencari namanya di dokumen yang baru saja dikirimkan di grup angkatan.
"Apaan?" sahutnya.
"Lo sekelompok sama Abian," ujar Yasya dalam satu tarikan napas.
Seketika mata Sila melotot dan langsung menengok ke arah Yasya. Memandang temannya itu dengan ekspresi tak kalah terkejut. "Asli? Demi apa?"
"Demi Fakhri jadi cool." Yasya menunjukkan layar handphonenya pada Sila. Tertera nama Sila, Abian, Vando, dan Kania di bagian kelompok 15.
Sila tak bisa berkata-kata. Ia hanya menghela napas kasar.
"Lo pasti seneng banget!" seru Yasya.
Sila tertawa sumbang. "Hehe, iya."
"Gue sekelompok sama lo, Sil," celetuk Kania yang tiba-tiba datang.
Sila mengangguk tipis. "Iya."
"Sayangnya nggak sama Duta. Malah sama Vando. Btw, lo kenal sama yang namanya Abian itu?" tanya Kania.
"Kenal. Temen gue SMP dulu," jawab Sila.
"Bagus deh, jadi nanti komunikasinya nggak susah. Ya udah gue balik dulu ya, bye.." Cewek itu melambaikan tangan pada Sila dan Yasya.
"Hati-hati," sahut Sila dan Yasya.
"Kadang gue bingung tahu sama sikapnya Kania," ujar Yasya.
"Udah lah biarin," balas Sila.
"Ya udah balik yuk," ajak Yasya. Ia mengambil tasnya di kursi. Begitu pula Sila.
"Eh, Sya. Bisa nemenin gue dulu nggak?"
"Kemana?" beo Yasya dengan satu alisnya terangkat.
"Beli kado, temen gue mau ulang tahun," terang Sila. Ia berniat membelikan kado untuk Farzan, sesuai rencananya waktu itu. Berhubung ulang tahun cowok itu minggu depan.
Sila memang tak pernah menceritakan tentang Farzan. Hanya saja, ia pernah bercerita jika ada cowok terbaik yang pernah ia kenal. Tapi ia menyia-nyiakannya.
"Bisa aja sih, tapi gue nggak bawa motor. Kalau lo mau nganterin gue pulang ya nggak papa sih, hehe," ucap Yasya.
"Bareng sama kakak lo?" tanya Sila.
"Ee.. bareng sama Duta," jawab Yasya dengan nada tak enak.
Sila terdiam sejenak. Berusaha mencerna jawaban Yasya dengan baik. "O-oh, ya udah nggak papa gue antar pulang. Lo bilang dulu ke Duta," ujarnya dengan senyuman canggung.
"Oke, ambil helm gue dulu di motor Duta. Entar dia gue chat," sahut Yasya.
Sila memaksakan senyumnya. "Oke, ayo."
Sesampainya di tempat parkir, tiba-tiba tetes demi tetes air turun dari langit.
"Eh hujan, Sya!"
Tidak jadi mengambil helm, dua cewek itu kembali berteduh di teras salah satu kelas.
"Yah.. hujan. Gimana dong, Sil?"
"Udah sore juga. Kapan-kapan aja deh kalau gitu," balas Sila.
"Lo bawa mantel kan? Lo mau balik sekarang?" tanya Yasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Untuk Duta
Fiksi RemajaPersahabatan cowok cewek tanpa adanya perasaan salah satu atau keduanya itu bohong. Seperti halnya Sila, ia harus membohongi Duta, teman-temannya, dan perasaannya sendiri. Karena ia takut jika jujur, persahabatannya justru renggang. Sila tak mau hal...