Duta menautkan dahinya. Kenapa pembahasan Sila jadi ke arah situ? Apa Sila tahu jika kemarin lusa ia mabuk?
"Udah, ngomongnya jangan kemana-mana. Mendingan lo pulang sekarang. Gue ambilin tas lo dulu." Duta menaiki meja untuk mengambilkan tas Sila.
"Bahkan lo sekarang ngalihin topik," batin Sila.
"Aku antar pulang sekarang," ajak Duta.
Sila menggeleng. "Nggak usah. Gue bisa pulang sendiri."
"Tapi-" ucapan Duta terpotong.
"Stop!" Sila merampas tasnya dari tangan Duta. "Makasih." Lantas ia melenggang keluar kelas. Meninggalkan Duta sendirian di sana.
Setelah Sila menghilang di balik pintu, Duta membuka handphonenya untuk menelepon seseorang.
"Hallo."
"Apaan?" sahut orang di seberang sana.
"Lo yang ngurusin gue pas mabuk kan? Lo belum cerita ke gue gimana ceritanya," ujar Duta.
"Apa yang perlu diceritain? Ya gue cuma di telepon Tiko buat jemput lo di club. Udah," jawab Fakhri kurang jelas.
"Bukan itu maksud gue!" Duta membuang napas pelan. "Sila tahu pas gue mabuk?"
Fakhri terdiam sebentar. "Eee, tahu sih."
"Kenapa lo nggak ke gue anjing!" potong Duta dengan nada kesal.
"Gue pikir juga ngapain cerita ke lo. Ya udah biasa aja kan, nggak ada yang salah," balas Fakhri.
"Sila diemin gue bangsat! Gue mikir keras dari kemarin kenapa dia diemin gue. Ternyata ini alasannya. Shit!" umpat Duta.
"Sorry Ta. Gue juga nggak tahu dan nggak kepikiran sampai situ," ucap Fakhri.
"Gimana ceritanya dia bisa tahu? Lo yang ngasih tahu?" tanya Duta menuduh.
"Nggak lah! Gue juga nggak tahu tiba-tiba dia ada di kost gue pas gue balik bawa lo yang mabuk itu," papar Fakhri.
"Ya udah oke. Thanks, gue tutup dulu."
"Oke."
Sambungan terputus.
Duta menautkan alisnya bertanya-tanya. Bagaimana bisa Sila berada di kost Fakhri? Seingatnya, ia menjanjikan akan jalan-jalan ke taman kota. Tetapi kenapa tiba-tiba ada di kost Fakhri.
"Ada yang nggak beres nih."
****
Besok hari Sabtu, yang berarti libur. Jadi, malam ini lebih santai karena tak terbebani tugas yang harus dikumpulkan besok.
Jam menunjukkan pukul 7 malam. Setelah makan malam, Sila kembali ke kamarnya. Ia berniat menonton film saja. Untuk mengalihkan perhatiannya dari rasa kekecewaan. Dan ia tak mau berlarut-larut dalam kesedihan.
Baru saja film itu berputar selama 5 menit. Tiba-tiba pintu kamar Sila terbuka, menampakkan bundanya.
"Sila, ada Duta," ujar Hesty di ambang pintu.
"Hah?" beo Sila dengan ekspresi sulit diartikan.
"Cepat gih, keluar," titah Hesty. Lantas wanita paruh baya itu melangkah pergi tanpa menutup pintu.
Sila berdecak sebal. Lantas ia beranjak dari kasurnya dengan lemas.
"Mau apa lagi sih tuh cowok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Untuk Duta
Teen FictionPersahabatan cowok cewek tanpa adanya perasaan salah satu atau keduanya itu bohong. Seperti halnya Sila, ia harus membohongi Duta, teman-temannya, dan perasaannya sendiri. Karena ia takut jika jujur, persahabatannya justru renggang. Sila tak mau hal...