haii alll!!
happy readingg lovee<33****
Setelah kejadian kemarin, Sila memutuskan untuk tidak memberi kabar sama sekali pada Duta. Ia masih tak habis pikir dengan kelakuan Duta. Bisa-bisanya cowok itu tak jujur kepadanya. Tapi, Sila juga sadar diri, jika dirinya hanyalah teman.
Hari ini, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyapa Duta jika berpapasan. Atau malah berharap tak bertemu dengan cowok itu selama sehari.
Tetapi, Tuhan berkata lain. Keduanya justru dipertemukan di waktu yang masih se-pagi ini. Sila menggerutu dalam hati. Ia sangat muak melihat wajah cowok buaya itu.
Sila sedikit melirik kearah Duta yang berada tak jauh darinya. Namun ia langsung mengalihkan pandangan.
Tanpa diduga, Duta memamanggil Sila. "Sil!"
Tak menoleh, Sila berpura-pura tak mendengar dan ia langsung bergegas meninggalkan parkiran.
Duta mengerutkan dahinya heran. Ada apa dengan sahabatnya itu?
"Perasaan posisinya nggak jauh-jauh amat deh. Masa denger?"
Tak mau berpikir panjang. Duta menyusul langkah kaki Sila. Meskipun Sila berjalan lebih cepat, Duta tetap bisa menyusulnya.
"Sil!"
"Sil!"
"Masa nggak denger sih? Sil!" Duta meraih lengan Sila dan menahannya.
Sila berusaha menatap Duta tanpa ekspresi.
"Kuping lo kesumpelan apa sih?" tanya Duta.
Cewek itu memilih tak mengucapkan sekata pun dan hanya menggelengkan kepala.
"Oh.. Lo batuk? Takut gue ketularan? Jadi nggak ngomong?" ucap Duta lagi.
Lagi-lagi Sila hanya menggeleng.
"Tumben sampai jam segini?"
"Beneran gue kayak ngomong sama tembok tahu nggak," cicit cowok itu.
Dengan tenaga yang kuat, ia melepas tangannya dari cekalan Duta. Dan berhasil. Tanpa mengatakan apapun, Sila menconcong begitu saja.
Duta menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kenapa sih tu anak?"
****
Bau masakan bunda tercium dihidung Sila. Ia tersenyum lebar. Akhirnya sudah jam istirahat. Ia sangat lapar, karena tidak sempat sarapan tadi pagi. Sebab bangun kesiangan. Maka dari itu, ia juga berangkat terlambat.
"Bawa bekal apa Sil?" tanya Yasya sembari menggeser kursinya mendekat ke bangku Sila.
"Tumis jamur sama tempe goreng aja sih," jawab Sila. Ia memang sedikit kesal pada Yasya. Tapi, ia tak bisa marah pada temannya itu.
"Nanti jadi beli buku?" sahut Yasya sebelum memasukkan sesendok makanan.
Sila menggeleng. Setelah makanannya tertelan, ia menjawab, "Nggak, gue udah beli kemarin."
Yasya mengernyit. "Di gramedia?" tanyanya pelan.
Sila hanya mengangguk.
Yasya membatin. Kemarin ia menonton bioskop dengan Duta di mall yang sama dengan gramedia. Ia takut Sila melihatnya.
Bukannya Yasya tak mau jujur pada Sila. Ia malu. Karena Sila adalah teman dekat Duta. Dan Yasya sedikit merasa jika Sila ada perasaan yang lebih dari sekedar teman pada Duta. Meskipun Sila tak mengatakan hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Untuk Duta
Teen FictionPersahabatan cowok cewek tanpa adanya perasaan salah satu atau keduanya itu bohong. Seperti halnya Sila, ia harus membohongi Duta, teman-temannya, dan perasaannya sendiri. Karena ia takut jika jujur, persahabatannya justru renggang. Sila tak mau hal...