Sehabis mengantar Sila, Farzan langsung pulang menuju rumah keluarga Alfan. Ia membanting tubuhnya ke kasur. Untung saja Alfan tak ada di rumah. Jika cowok itu ada, pasti ia diserang oleh banyak pertanyaan karena membawa sebuah paperbag.
Taangannya bergerak untuk membuka paperbag tersebut. Pertama, ia menemukan sebuah notes.
Happy birthday yaa!!
Sorry banget telat
Makasih banyak atas semuanya
Wish you all the best!!:DHanya tertulis 4 kalimat di sana. Namun berhasil membuat bibir Farzan melengkung ke atas.
Selanjutnya, ia mengeluarkan sweater dan jam tangan dari paperbag itu.
Bahkan senyumannya tak kunjung luntur.
Ingatannya berputar pada kejadian tadi pagi. Sebenarnya ayahnya tetap di Yogyakarta, keluarganya tak ada yang pindah ke Jakarta, hanya dirinya sendiri.
Ia melakukan hal ini, karena sengaja ingin bertemu dengan Sila, dan memastikan keadaan cewek itu baik-baik saja di sini. Ia rela homeschooling di sini, karena tentu tak ada sekolah yang bisa menerimanya disaat sudah dekat sekali dengan kelulusan.
Semesta sangat berpihak kepadanya. Siapa sangka Sila satu sekolah dengan Alfan, sepupunya. Memudahkannya untuk mendapat informasi tentang Sila.
Namun ada satu fakta yang membuatnya kecewa. Yaitu Sila memiliki sahabat laki-laki di sini, yang tak lain adalah teman dekat Alfan. Dunia sempit sekali.
Niat awalnya yang ingin kembali mendekati Sila, ia urungkan karena adanya sosok Duta di hidup Sila. Dan dari informasi yang disampaikan Alfan, dapat ia simpulkan bahwa sepertinya Sila menyimpan rasa pada Duta.
Ia tak mau mengganggu kebahagiaan Sila dengan Duta.
Semesta kembali berpihak kepadanya. Tentang kejadian tadi pagi, itu benar-benar kebetulan. Farzan tak tahu jika Sila juga mengambil kuliah di Yogyakarta dan di universitas yang sama.
Bahkan ia juga tidak tahu jika Sila mendapat jadwal UTBK hari ini dan di sesi pertama sama sepertinya.
"Thank you so much, Sil. Always happy, semoga semesta mendukung kita buat bisa ketemu lagi."
****
Selang 1 minggu kemudian, hari ini adalah hari dimana diadakannya perpisahan. Acara ini tentu dengan dresscode kebaya untuk murid perempuan dan jas atau batik untuk murid laki-laki.
Sila menatap dirinya di cermin. Ia tersenyum simpul. Ia bahagia karena sudah melewati banyaknya kejadian tak terduga selama bersekolah. Mulai dari masalah sekolah ataupun percintaan. Namun, ini belum apa-apa. Justru sehabis ini adalah permulaan kehidupan yang sebenarnya.
Ia bahagia bertemu dengan orang-orang baik. Meskipun ada beberapa yang tak suka dengannya. Ya, itulah kehidupan. Tak semua orang harus menyukai kita.
Namun, di sisi lain ada orang-orang baik yang selalu mendukungnya. Duta, Yasya, Fakhri, mereka yang terbaik.
Ingatannya berputar kejadian hampir 3 tahun yang lalu, dimana pertama kalinya ia berkenalan dengan Duta karena sekelompok saat tugas MPLS. Ia sangat berterimakasih kepada entah siapapun yang menjadikannya satu kelompok dengan Duta. Sehingga kini, mereka menjadi sahabat yang baik.
Meskipun beberapa kali Duta menyakitinya, tetapi entah mengapa Sila selalu bisa memaafkan cowok itu.
Begitu banyak kenangan yang mereka buat. Baik menyenangkan ataupun menyedihkan. Yang membuat masa proses menuju dewasanya menjadi berwarna.
Ia selalu berterimakasih kepada Tuhan karena telah dipertemukan dengan Duta.
"Sila, ayo cepat nanti telat!" tegur Hesty saat melihat putrinya masih setia melamun di depan cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Untuk Duta
Teen FictionPersahabatan cowok cewek tanpa adanya perasaan salah satu atau keduanya itu bohong. Seperti halnya Sila, ia harus membohongi Duta, teman-temannya, dan perasaannya sendiri. Karena ia takut jika jujur, persahabatannya justru renggang. Sila tak mau hal...