42. Bertemu

33 4 0
                                    

Di pagi yang cerah ini, SMA Bina Juara dihebohkan dengan pengumuman camping yang akan diadakan 2 minggu lagi sebagai rangkaian acara kelulusan.

"Ikut nggak, Sil?" tanya Yasya.

Kegiatan ini termasuk kegiatan tidak wajib. Namun sangat disayangkan jika melewatkan momen bersama sebelum berpisah untuk menentukan masa depan masing-masing.

"Ikut dong, tapi semoga aja diizinin," jawab Sila.

"Mumpung gratis, diambil dari tabungan kita kan. Rugi sih kalau nggak ikut," sahut Yasya.

Sila menghela napas. "Do'ain ya dibolehin." Ia berpikir sejenak. Lantas menjentikkan jari. "Tapi kalau izinnya sama Duta kayaknya dibolehin deh."

Ekspresi Yasya seketika berubah. Ia terkekeh pelan. "Orang tua lo percaya Duta bisa jagain lo?" tanyanya.

"Ya harusnya iya sih. Buktinya selama ini, keluar malam pun kalau sama Duta gue selalu diizinin," terang Sila, lantas menyeruput es tehnya.

"Sering banget ya Duta ke rumah lo, terus keluar bareng?" tanya Yasya lagi.

Alis Sila menyatu. Kenapa tiba-tiba Yasya menjadi sekepo ini tentang hubungannya dengan Duta. Namun ia menepis rasa penasarannya itu. "Nggak se-sering itu juga sih."

"Good morning ciwi-ciwi manis.." seru Fakhri yang tiba-tiba duduk di kursi depan kedua cewek itu sembari membawa es teh ditangannya.

"Ikut camping kan?" tanyanya pada Sila dan Yasya.

"Ikut kok," jawab Sila.

"Yang penting kalau ikut jangan nyusahin orang lain," potong seorang cowok yang tahu-tahu sudah duduk di samping Fakhri.

"Ngagetin aja lo, Fan!" kesal Fakhri. Sebab ia hampir tersedak es teh karena kedatangan Alfan yang tiba-tiba.

Alfan menghiraukan ucapan Fakhri. "Kalau sekiranya nggak bisa ngurusin diri sendiri. Mending nggak usah ikut. Toh acaranya nggak wajib."

Sila terdiam, ia tahu ucapan Alfan itu tertuju padanya.

"Kita bisa kok ngurus diri kita sendiri. Kenapa lo ngomong gitu, Fan?" sahut Yasya bingung.

"Ya itu kalau lo. Samping lo tuh, emang bisa?" sindir Alfan.

Fakhri berdecak kesal. "Lo kalau bikin suasana keruh nggak usah kesini. Pergi sana lo!"

Alfan tersenyum sinis. Lalu beranjak dari kursi, dan melangkah meninggalkan mereka.

"Nggak usah dengerin omongannya Alfan, Sil. Gila tuh anak," ucap Fakhri pada Sila. Pasti Sila sangat tersinggung dengan ucapan Alfan.

Cewek itu hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

****

Sepulang dari sekolah, Sila mampir terlebih dahulu di sebuah supermarket karena bundanya memintanya untuk membeli beberapa keperluan rumah.

Ia mendorong troli menelusuri lorong-lorong sambil mengambil barang-barang yang sudah ia list diaplikasi notes.

"Aduh, susu frisian flag putihnya kosong lagi," gumamnya.

Lantas ia mendorong trolinya menuju lorong khusus makanan. Ia memilih beberapa camilan. Namun saat ia memilih-milih, cewek itu merasa ada yang memperhatikannya. Dengan cepat ia menoleh ke samping.

Sekilas ia melihat seorang laki-laki berjaket hitam yang seakan menghindar saat Sila menoleh.

Sila mengedikkan bahunya tak acuh. Mungkin hanya perasaannya saja.

Karya Untuk DutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang