Sesuai janji Duta kemarin, hari ini ia menjemput Kania di rumah cewek itu. Rumah mereka satu kompleks. Maka dari itu mereka pernah dekat. Dulu mereka juga sering keluar berdua.
Sebelum berangkat, Duta memastikan jika Kania sudah siap. Supaya ia tak menunggu di rumahnya. Bagaimana pun juga cowok itu malu bertemu dengan ibu Kania.
"Kenapa malu?" tanya Kania sembari memakai helm.
"Ya.. Malu aja," jawab Duta.
"Dulu aja sering main ke sini. Masa sekarang malu sih?" sarkas Kania.
"Itu kan dulu. Sekarang beda."
"Oh.. Duta yang dulu udah berubah gitu?" sindir Kania.
"Bukan gitu juga. Gue masih sama kok kayak dulu. Cuma orang kan pasti mengalami pendewasaan. Misalkan dari yang dulunya nggak tahu malu, sekarang punya malu," terang Duta.
"Jadi dulu nggak punya malu?" pungkas Kania.
Duta menggaruk tengkuluknya yang tak gatal. "Bisa dibilang begitu." Kania tertawa keras dengan pernyataan Duta.
"Ya udah ayo. Keburu telat."
Kania naik ke jok belakang motor Duta. Dan Duta mulai menginjak gas melaju menuju sekolah.
Dalam perjalanan ke sekolah yang cukup lama itu, mereka berbincang-bincang mengenai masa-masa SMP mereka dulu.
"Lo inget nggak sih, kalau nggak salah namanya Nathan yang pas kelas 7 bokernya bececeran itu?" tanya Kania diiringi gelak tawa.
Duta ikut tertawa. "Astaga, masih inget lo? Sekarang gimana ya nasibnya tuh anak."
"Kasihan tahu! Gara-gara itu, sampai lulus dia nggak punya temen," sahut Kania.
"Eh sama itu, Bagas yang disuruh joget di tengah kapangan pas upacara! Gara-gara siul-siul itu!"
"Inget banget! Mana lagunya baby shark lagi!"
Mereka tertawa sampai pengendara lain terganggu. Namun berhenti saat Kania menanyakan sesuatu hal pada Duta.
"Lo beneran nggak punya pacar, Ta?" celetuk Kania.
"Nggak, Kan. Gue kan udah pernah bilang," balas Duta.
"Ya siapa tahu ada yang marah gitu kalau kita kayak gini," ujar Kania.
"Ya nggak lah. Lagian kita juga nggak ngapa-ngapain," sahut Duta.
"Kalau Sila?" tanya Kania to the point.
"Sila? Sila kan sahabat gue. Ngapain juga dia marah," jawab Duta.
Kania tersenyum kemenangan di belakang Duta. Ternyata Sila tak seberpengaruh itu dihidup Duta.
"Harusnya gue yang tanya, jangan-jangan lo kali yang udah punya," lanjut Duta.
"Nggak lah, Ta! Ya gue nggak punya pacar, tapi gue punya crush," ucap Kania.
"Siapa tuh kalau boleh tahu," sahut Duta.
"Pokoknya dia itu orangnya nggak pekaan. Kita sekarang kayaknya juga lagi deket sih. Tapi seakan ada orang yang jadi penghalang antara kita," papar Kania.
Duta berdehem. "Emangnya kenapa dia jadi penghalang? Kenapa nggak lo trobos aja?"
"Gue yakin sih nggak segampang itu. Dia kayak benalu yang nempel ke crush gue," jawab Kania.
Duta diam. Sepertinya ia tahu yang dimaksud oleh Kania. Tapi sudahlah, tak penting. Sebaiknya ia tak memikirkan ini.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Untuk Duta
Novela JuvenilPersahabatan cowok cewek tanpa adanya perasaan salah satu atau keduanya itu bohong. Seperti halnya Sila, ia harus membohongi Duta, teman-temannya, dan perasaannya sendiri. Karena ia takut jika jujur, persahabatannya justru renggang. Sila tak mau hal...