happyy readingg alll
makasii yg setia bacaa<33****
Sila menertawakan dirinya sendiri. Kini ia berusaha menahan air matanya agar tak jatuh. Perkataan Duta sungguh menyakitkan. "Oke, kayaknya gue kebanyakan ngomong deh. Udah sore, gue pulang dulu. Cepetan cari yang baru ya."
Cewek itu beranjak dari duduknya, lantas berjalan cepat menjauhi Duta.
Sementara itu, Duta meraup wajah dengan kedua tangannya. Ia merutuki dirinya sendiri. "Lo salah Duta.. Tahan mulut lo Duta.. Lo udah nyakitin hati Sila.. Sil maafin gue.."
****
Malam ini, Sila mengurung dirinya di kamar. Tak nafsu makan, tak nafsu belajar. Ia hanya memikirkan Duta. Perkataan Duta tadi sore memang cukup menyakitkan. Namun kalau dipikir-pikir, memang itu kenyataannya.
Bahkan Sila hanya mengenal Duta di sekolah. Ia tak tahu bagaimana kesehariannya di rumah. Harusnya ia sadar diri.
Berkali-kali Sila berusaha menyingkirkan Duta dipikirannya, namun tak bisa. Cowok itu selalu menghantui pikirannya.
Sila memukuli kepalanya sendiri. "Kenapa sih harus Duta! Gue capek! Kalau kayak gini gimana bisa gue ngelupain dia, orang tiap hari ketemu!"
"Udah jelas-jelas Duta nggak ada perasaan sedikit pun sama gue! Terus gue mau ngeyel? Tetep nggak bisa!"
Ia membanting guling ke arah pintu kamarnya hingga menimbulkan suara. Tanpa ia ketahui bundanya berjalan melewati kamarnya.
"Kak, suara apa itu?" teriak Hesty, bunda Sila dari luar kamar.
Kedua mata Sila seketika melotot. "Hah? Ng-nggak bun, nggak ada apa-apa," jawabnya sedikit berteriak.
"Kamu nggak papa kan, kak?" tanya Hesty lagi.
"Nggak papa kok bun, tenang aja."
"Iya, ya udah." Hesty melanjutkan langkah kakinya.
Sila menghela napas lega. Lantas ia beranjak untuk mengambil gulingnya yang tergeletak naas di samping pintu. "Kenapa sih, bersuara segala!" Ia menonjok guling tak bersalah itu.
Belum juga ia meletakkan badannya di kasur, tiba-tiba handphonenya berdering.
Nama Duta terpampang jelas di sana. Sila berdecak kesal. "Kenapa sih, telfon segala!" Namun di samping itu terbesit rasa bahagia karena Duta masih mengingatnya.
Dengan malas ia menggeser tombol hijau di layar. "Kenapa?!" tanyanya sewot.
"Ya ampun.. Salam dulu napa, Sil. Assalamu'alaikum.. gitu," sahut Duta dari seberang sana.
"Waalaikumsalam! Kenapa nelfon gue? Masih ingat lo sama gue!"
"Gue mau minta maaf.. Gue juga mau mastiin lo baik-baik aja," jawab Duta tenang.
"Nggak lo pastiin juga gue bakal baik-baik aja! Nggak lo telfon, gue juga baik-baik aja! Jangan sok peduli sama gue!" oceh Sila.
"Astaga, Sil.. Gue tulus minta maafnya.. Gue bener-bener merasa bersalah dan nggak enak hati udah ngomong ke lo kayak gitu tadi," ucap Duta memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Untuk Duta
Teen FictionPersahabatan cowok cewek tanpa adanya perasaan salah satu atau keduanya itu bohong. Seperti halnya Sila, ia harus membohongi Duta, teman-temannya, dan perasaannya sendiri. Karena ia takut jika jujur, persahabatannya justru renggang. Sila tak mau hal...