Terlihat gadis itu berlari tergesa-gesa sembari menaiki tangga gedung tinggi. Sebab, jika menunggu lift akan lebih memakan waktu. Hari ini adalah hari penentuan nasibnya di kemudian hari. Namun banyak sekali hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
Mulai dari ban motornya bocor, dicancel ojek online, macet, dan sekarang hanya ada waktu 5 menit untuk ia bisa masuk ruangan tepat waktu.
Sebenarnya ayahnya menawarkan untuk mengantarnya, tetapi Sila menolak karena ia berangkat pagi sekali. Sedangkan Pramudia tadi malam lembur hingga jam 11 malam.
Sila tak tega jika harus mengganggu waktu istirahat ayahnya. Jadi lebih baik ia berangkat sendiri.
"Pak belum dimulai kan?" tanya Sila dengan napas tersenggal-senggal pada seorang pengawas yang ada di depan ruangan.
"Belum, cepat-cepat masuk."
"Terimakasih banyak pak," ucap Sila. Lantas ia masuk ke dalam ruangan itu dan mencari nomor tempat duduk sesuai di nomor pendaftarannya.
****
Kurang lebih 4 jam lamanya Sila berada di dalam ruangan itu dengan suasana tegang. Namun waktu tersebut seperti tak terasa cepat berlalu.
Bel tanda berakhirnya ujian berbunyi. Sila menghembuskan napas panjang. Kemudian merapikan barang-barang yang ia bawa. Termasuk berkas-berkas untuk melakukan tes ini.
Perutnya berbunyi, meronta-ronta untuk diisi makanan. Ia bahkan tak sempat sarapan tadi pagi. Ingin membawa roti dari rumah pun juga lupa. Jadi ia memutuskan untuk pergi ke salah satu kantin di gedung fakultas universitas itu.
Sila mengambil 2 roti, dan satu susu coklat. Ia malas makan makanan berat untuk saat ini. Setidaknya bisa mengganjal perut untuk ia makan sampai rumah nanti.
"Pakai QRIS bisa kan?" tanyanya.
"Bisa, silahkan."
Sila menscan kode yang ada di etalase itu. "Udah, ya mbak. Makasih.."
Lantas ia berbalik badan tanpa melihat depan, ia fokus memasukkan handphone ke dalam tas ranselnya.
Bruk
Sila terhuyung ke belakang saat badannya terasa menabrak sesuatu, sampai roti dan susu kotak di tangannya terjatuh ke lantai.
"Sorry sorry," ucap seseorang dengan suara bariton. Ia membantu Sila untuk mengambil makanan cewek itu.
"Iya nggak pa-," ucapan Sila terhenti saat netra matanya melihat siapa yang sekarang di depannya itu.
"Sila?"
"Farzan?"
"Sorry banget gue nggak sengaja," ucap cowok itu lagi.
"Ng-nggak papa kok, gue juga salah. Gue nggak lihat," balas Sila dengan canggung.
"Mbak mas, jangan di tengah jalan dong," celetuk seorang cewek menegur mereka berdua.
"Eh, iya maaf," ujar Farzan. "Sini, Sil." Tangannya menarik lengan Sila untuk keluar. Lalu mereka duduk di salah satu kursi taman yang tak jauh dari sana.
Sila menatap tangannya yang dipegang oleh Farzan.
Cowok itu pun sadae atas apa yang ia lakukan. "Maaf, gue nggak bermaksud."
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Untuk Duta
Teen FictionPersahabatan cowok cewek tanpa adanya perasaan salah satu atau keduanya itu bohong. Seperti halnya Sila, ia harus membohongi Duta, teman-temannya, dan perasaannya sendiri. Karena ia takut jika jujur, persahabatannya justru renggang. Sila tak mau hal...