52. Kabar bahagia? (END)

89 7 2
                                    

Semenjak perdebatannya dengan Duta di acara perpisahan, mereka kembali tak menjalin komunikasi. Bertengkar, baikan, bertengkar lagi, baikan lagi, seperti itulah siklus pertemanan mereka.

Dan semenjak itu pula, Sila tak pernah melihat batang hidung sahabatnya itu. Tak ada yang berkesan selama tiga minggu setelah perpisahan ini. Aktivitasnya sangat membosankan. Rebahan, menonton film, membaca novel, hanya itu-itu saja.

Yasya, cewek itu sudah mendapatkan pekerjaan di sebuah cafe. Ia bilang sebagai batu loncatan agar mendapat pengalaman sebagai bekal mendapatkan pekerjaan yang lebih menjanjikan kedepannya.

Alhasil, ingin jalan-jalan pun Sila tak memiliki teman. Hanya Yasya teman dekatnya selama di Jakarta. Kania? Terdengar ide yang buruk. Meskipun mereka sudah banyak berbincang mengenai Duta, namun Sila tetap kurang srek dengan cewek itu.

Ia bahkan tak tahu bagaimana kabar Duta sekarang, entah dia sudah mendapat pekerjaan atau belum.

Beberapa hari yang lalu ia bertemu Fakhri saat CFD di taman kota. Nampaknya cowok itu belum mendapat pekerjaan. Fakhri cerita bahwa ia dan orang tuanya mengalami sedikit perbedaan pendapat. Orang tuanya memintanya untuk melanjutkan kuliah, namun Fakhri sudah lelah belajar.

Sila sempat menanyakan kabar Duta dari Fakhri. Tapi Fakhri juga tak tahu. Setelah acara perpisahan ia juga belum pernah bertemu dengan Duta.

Hari ini adalah hari yang Sila tunggu-tunggu. Hari dimana penentuan masa depannya. Kini ia sudah berada di depan laptop, menunggu website pengumuman UTBK dibuka.

Jantungnya semakin berdegup kencang kala mendekati detik-detik pengumuman. Sila mengetikkan namanya di sana, lantas menekan tombol di bawahnya.

Segala macam do'a ia rapalkan di dalam hati.

1

2

3

Mulutnya menganga tak percaya. Lantas ia turun dari kasur dan bersujud syukur kepada Allah.

"Makasih Ya Allah..."

Air matanya menetes haru karena bangga dengan dirinya sendiri dan bisa membanggakan keluarganya.

Kemudian ia membawa laptopnya keluar kamar untuk menunjukkan hasil itu kepada orang tuanya.

"Bunda ayah!" pekiknya saat sampai di ruang keluarga.

"Ada apa sih kak, kok teriak-teriak," sahut Hesty.

"Aku lolos!"

Sontak Hesty dan Pramudya berdiri untuk memeluk putrinya.

"Selamat buat kakak..." Kedua orang tuanya mengucapkan selamat pada Sila.

"Makasih banyak yah, bun. Aku senang banget!" seru Sila sambil terus menangis terharu.

"Ada apa nih?" tanya Sagara saat memasuki rumah, ia baru saja pulang sekolah.

Pelukan mereka terlepas.

"Kakak lolos, Gar," jawab Pramudya.

"Wow demi apa!" seru Sagar heboh.

Sila mengusap sisa-sisa air mata di pipinya. "Jangan minta ditraktir kamu!" peringatnya. Ia selalu ingat tabiat adiknya yang menjengkelkan itu.

"Tahu aja isi pikiran aku kak." Sagara menyengir menunjukkan gigi rapinya.

"Emang dasar!" cibir Sila.

"Eh, habis ini kita sering ke Jogja dong," ujar Sagara.

"Iya, sebulan sekali," jawab Pramudya.

"YEAY!" pekik Sagara.

Karya Untuk DutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang