Hari ini adalah hari dimana dimulainya ujian untuk kelulusan. Sila datang lebih awal karena ia ingin mengulang kembali materi yang telah ia pelajari kemarin.
Kini ia fokus pada buku tebal bersampul hijau dengan tulisan biologi.
"Hai, Sila!"
Sila sudah tahu siapa pemilik suara cempreng itu. Ia melirik ke arah cewek yang sedang berdiri dihadapannya itu. Lantas cewek itu mendudukkan diri di kursi samping Sila, lebih tepatnya milik Yasya. Berhubung Yasya belum datang.
"Kenapa?" tanya Sila.
"Gue lihat akhir-akhir ini lo jarang sama Duta," ujar Kania.
"Ngurus banget urusan orang lo," balas Sila dengan nada tak suka.
Kania menghela napas kasar. "Lo nggak ngerasa apa, Duta lagi dekat sama Yasya."
"Lo mau ngadu domba gue sama Yasya?" sahut Sila.
"Eh, nggak gitu. Gue cuma mau kasih info doang. Karena gue rasa, mereka lagi PDKT-an. Soalnya gue sering lihat motor Duta di depan rumah Yasya," jelas Kania.
Ekspresi Sila yang semula kesal, kini berubah menjadi seperti mengintimidasi seseorang. "Tahu dari mana lo? Nggak usah ngarang cerita!"
"Gue satu kompleks sama Yasya kalau lo lupa," potong Kania. "Udahlah, Sil.. Percaya sama gue napa. Gue nggak pernah bohong kalau urusan begini. Lo nggak usah ngelawan hati lo sendiri yang juga ngira ada sesuatu antara Duta dan Yasya," sambungnya.
Tatapan Sila beralih ke bukunya lagi. "Lagian biarin aja mereka dekat. Nggak ada urusannya sama gue."
"Halah! Yang tukang bohong itu sebenarnya lo, suka bohongin hati lo sendiri. Bergaya bodo amat sama Duta. Aslinya lo kepo kan?" ucap Kania.
"Udah gue bilang kan, lo nggak usah sembunyiin perasaan lo ke Duta di depan gue. Gue udah tahu," lanjutnya.
"Biar apa sih lo begini?" sahut Sila.
"Biar gue ada temannya lah. Kan kita mau bikin komunitas korban Duta," jawab Kania seadanya.
"Lo aja sana. Gue bukan korbannya, gue sahabatnya!" elak Sila.
"Terserah lah. Yang pasti gue bisa kasih bukti ke lo kalau Duta sama Yasya lagi dekat."
"Pagi, semuanya.." sapa cewek yang baru masuk kelas dengan ramah.
Sontak Sila dan Kania memberhentikan percakapan mereka.
"Eh, Kania tumben banget ngobrol sama Sila," ucap Yasya.
"Gue minta ajarin matematika ke Sila," alibi Kania. Untungnya ia bisa berpikir dengan cepat. Kania merasa bangga sekali dengan dirinya sendiri.
"Kan biologi," balas Yasya.
"Kan jam kedua matematika," balas Kania.
Yasya menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Oh iya, lupa gue."
"Ya udah, thanks ya, Sil." Kania beranjak dari sana dan beralih duduk di bangkunya.
****
Kondisi kantin sangatlah ramai. Jeda ujian setengah jam mereka manfaatkan untuk mengisi perut, berharap bisa lebih fokus mengerjakan ujian mata pelajaran selanjutnya.
Sila dan Yasya memutuskan hanya membeli beberapa camilan lalu kembali ke kelas. Mereka akan memakannya di dalam kelas saja. Mengingat kini masih jam 10 pagi, mereka masih kenyang jika memakan makanan berat.
"Eee, Sil," panggil Yasya.
"Hm?" balas Sila hanya dengan gumaman, karena mulutnya masih penuh makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Untuk Duta
Roman pour AdolescentsPersahabatan cowok cewek tanpa adanya perasaan salah satu atau keduanya itu bohong. Seperti halnya Sila, ia harus membohongi Duta, teman-temannya, dan perasaannya sendiri. Karena ia takut jika jujur, persahabatannya justru renggang. Sila tak mau hal...