31. Perasaan lebih?

19 3 0
                                    

"Heh Sya! Lo nggak jadi bareng gue?" sahut Neta, kakak Yasya. Yang baru saja keluar rumah.

"Nggak kak, bareng aku aja," balas Duta.

"Oh," jawab Neta singkat tanpa ekspresi, lantas ia masuk ke dalam rumah kembali.

Duta menoleh ke arah Yasya dengan tatapan bertanya-tanya.

"Kakak gue emang gitu, maklumin aja," ucap Yasya karena tahu apa maksud Duta.

"Ya udah ma, Yasya berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum," ujar Yasya.

"Berangkat dulu tante, Assalamu'alaikum.." tambah Duta.

"Wa'alaikumsalam.. Hati-hati ya.."

Duta dan Yasya memakai helm, lantas naik ke atas motor menuju ke sekolah. Sama seperti kemarin, Duta terus mengajak Yasya mengobrol di sepanjang perjalanan.

"Sya," panggil Duta agak berteriak agar terdengar karena suara jalanan cukup bising.

"Apa?" sahut Yasya.

"Lo pernah pacaran nggak sih?" tanya Duta.

"Pacaran? Nggak pernah sih," jawab Yasya.

"Kenapa nggak pacaran?" sahut Duta.

"Males aja, dan belum menemukan seorang cowok yang tepat. Gue nggak mau salah orang aja," jelas Yasya.

"Lo tuh sama kayak Sila tahu!" pungkas Duta. "Tapi biasanya orang sahabatan itu pasti kayak berbeda banget. Kayak gue sama Sila. Tapi Sila sama lo persis banget," sambungnya.

Yasya terkekeh. "Nggak tahu juga sih. Yang gue lihat cuma Sila orangnya baik dan tulus. Dia tuh tipe orang yang nggak mau nyakitin perasaan orang lain gitu."

Duta manggut-manggut di balik helmnya. "Bener-bener. Gue beruntung bisa kenal sama dia."

"Eee emangnya lo nggak ada lebih gitu sama Sila?" tanya Yasya.

"Lebih?" Duta menaikkan alisnya sebelah. "Maksudnya?"

"Gimana ya ngomongnya. Ya biasanya kan persahabatan antara cowok sama cewek itu mustahil kalau nggak ada salah satu yang menyimpan perasaan," terang Yasya.

"Kalau kita deket gini, ada salah satu yang menyimpan perasaan nggak?" balas Duta mengalihkan topik.

Yasya memukul pundak Duta. "Ih, gue ngomongin Sila kok jadi gue?" kesalnya.

"Gue maunya ngomongin lo," goda Duta.

"Dasar ya cowok! Playboy banget!" sahut Yasya sewot.

"Eh gue udah tobat ya!" protes Duta.

"Tobat dari mananya? Dari jonggol?" sindir Yasya.

"Lah nggak percaya sih lo. Gue bisa buktiin kok ke semua orang kalau gue udah tobat," sahut Duta.

"Silahkan aja."

****

Bel tanda masuk kelas berbunyi. Sila yang berada di bangkunya celingukan mencari seseorang.

"Yasya mana sih? Masak nggak masuk?" Sila membuka handphonenya. "Nggak ngechat gue juga."

Tiba-tiba Yasya masuk kelas dengan napas tersenggal-senggal. Ia langsung duduk dibangkunya lantas meminum bekal air putihnya.

Sila mengangkat alisnya. "Ngapain lo ngos-ngosan gitu?"

Yasya menghembuskan napas panjang. "Gerbang tinggal 1 meter itu ditutup."

"Lagian nggak biasanya lo telat," sahut Sila.

"Ya karena tadi gue bar-" ucapan Yasya terpotong.

"Karena apa?" beo Sila memperjelas.

Karya Untuk DutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang