14. Interaksi

37 3 0
                                    

"Hai Duta."

Si pemilik nama yang sedang mengelap keringatnya di pinggir lapangan menoleh ke sumber suara.

Terlihat cewek itu berjalan menghampiri Duta seraya tersenyum manis. Lengkap dengan sebotol air putih digenggamannya.

Ia menyodorkannya pada Duta. "Ini gue bawain minum."

Duta sedikit melamun melihat kecantikan Kania. Tak bisa bohong, Kania memang cantik. Tinggi tubuh yang proporsional dan kulit sawo matang dengan wajah manis.

Setelah sadar, Duta berdehem. "I-iya. Makasih." Ia langsung menerima botol itu dan menegaknya sampai habis. Sepertinya ia sedang menutupi salah tingkahnya.

"Boleh duduk nggak?" tanya Kania.

Duta tersedak.

"Eh sorry-sorry. Ini tisu." Kania mengeluarkan tisu dari saku bajunya.

"Iya, makasih."

"Mmm, boleh nggak, Ta?" tanya Kania lagi.

"Iya iya, boleh kok." Duta bergeser, memberikan ruang pada Kania. Dan mencari-cari handuknya. "Handuk gue tadi dimana ya?"

"Jangan grasak-grusuk gitu deh. Tuh handuk lo dipundak," jawab Kania sembari terkekeh.

Duta menyengir. "Kelihatan banget ya saltingnya?"

"Hah? Salting? Lo salting?" beo Kania. "Gue  sih yang harusnya salting," lanjutnya lirih.

"Apa?" pungkas Duta.

"Nggak-nggak, nggak papa. Hehe."

"By the way, semifinalnya kapan?" tanya Kania.

"Besok lusa. Kenapa?" balas Duta.

"Gur nonton boleh?" Kania sangat penasaran bagaimana jawaban Duta. Dan sebenarnya apa alasan Duta melarang Sila melihatnya saat bertanding.

Duta manggut-manggut dengan ekspresi datar. "Boleh."

Kania sedikit heran dengan jawaban Duta. Berarti, dia dianggap apa?

"Boleh? Seriusan?" tanya Kania memastikan jawaban Duta.

"Boleh. Kenapa emangnya?" sahut Duta.

"Ya nggak papa sih. Tapi, kenapa Sila nggak boleh?" ujar Kania.

Duta mengerutkan dahinya. "Kok lo tahu?"

Napas Kania seakan tersedak. Sepertinya ia salah bicara. Apa dia harus jujur? "Mmm, sebenarnya gue yang ngajak Sila buat nonton pertandingan minggu kemarin," paparnya terbata-bata.

"Terus dia ngomong, kalau lo nggak suka ditonton pas tanding. Tapi gue penasaran kenapa lo ngelarang dia. Akhirnya gue paksa, dan dia mau. Dan berakhir kejadian kayak gitu," sambung Kania dengan rasa takut akan respon Duta.

Duta terkekeh dan tersenyum miring. "Udah gue duga. Karena nggak mungkin banget Sila ngelanggar perintah gue."

Kania meraih tangan Duta. "Tapi gue bener-bener nggak tahu. Dan gue minta maaf, Ta. Gue juga nggak nyangka kalau ujung-ujungnya kayak gitu."

Duta menarik tangannya dari genggaman Kania. "Udah gue maafin kok. Nggak papa. Lagian udah berakhir. Gue sama Sila juga udah baik-baik aja."

"Makasih banyak, Ta. Gue tahu gue salah. Tapi kalau boleh tahu, kenapa lo ngelarang itu ke Sila?" tanya Kania hati-hati.

Duta tersenyum tipis. "Itu privasi. Sila aja nggak tahu alasannya apa. Tapi dia selalu ngerti gue. Jangan terlalu ingin tahu kehidupan orang lain. Kalau pengen banyak orang yang deket sama lo."

Karya Untuk DutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang