45. Dilema

28 5 2
                                    

Selesai mendirikan tenda masing-masing, mereka diberi waktu untuk istirahat sejenak. Setelah itu, akan ada games untuk memeriahkan acara ini.

Kini Sila tengah mengambil air yang telah disiapkan oleh sekolah untuk reffil botol minum masing-masing.

"Gue lihat bahagia banget satu kelompok sama dia," sindir seseorang yang suaranya sangat Sila kenal.

Cewek itu langsung membalikkan badannya. Benar dugaannya. Ia mengedikkan bahunya tak acuh. "Biasa aja." Lalu ia berniat pergi dari sana. Namun, tangannya dicekal oleh cowok itu. Membuatnya mau tidak mau berhenti.

"Gue perhatiin dari kemarin lo cuekin gue," ujar Duta.

"Lagi capek," jawab Sila asal.

"Secapek-capeknya lo, nggak pernah kayak gini," balas Duta. Ia merasa belum puas dengan jawaban Sila. "Lo lagi deket sama cowok?" sambungnya.

Sila tersenyum miring. "Kenapa? Lo nggak suka?"

"Lo juga nggak suka kan gue deket sama Yasya?" potong Duta.

"Lo manipulatif banget jadi cowok. Lo mau sama Revina, sama Yasya, gue sama sekali nggak peduli!" tekan Sila.

"Lo beli kado bukan buat temen lo kan? Tapi buat cowok," balas Duta mengalihkan topik.

Cewek itu terkekeh pelan. "Gue nggak peduli lo sama siapa, seharusnya lo juga jangan peduli sama gue."

"Lo berubah, Sil," ucap Duta pelan. Ada sedikit rasa kecewa dihatinya.

Sila tak membalas. Ia memilih mengalahkan pandangannya, menghindari bertatapan dengan Duta. "Gue cuma berusaha biar nggak makin cinta sama lo, Ta," batinnya.

"Kalau ada orang ngomong dilihat dong, Sil." Tangan Duta menangkup wajah Sila dan mengarahkan pandangan cewek itu kepadanya.

"Lo ngerasa gue berubah? Terserah lo nganggap gue kayak gimana," ucap Sila. Ia melangkahkan kaki menjauh dari sana, namun lagi-lagi Duta menahannya.

"Gue lagi pengen sendiri," ujar Sila, membuat Duta melepas cekalannya pada lengan Sila.

Kemudian, cewek itu meninggalkannya dengan sejuta pertanyaan.

****

Sore tadi diadakan satu games, yaitu estafet air. Permainan berlangsung dengan lancar dan seru. Semua murid tertawa saling menyalurkan kebahagiaan.

Langit telah menggelap. Sinar matahari digantikan oleh sinar rembulan. Malam ini, mereka akan seru-seruan ditemani api unggun. Kegiatan yang direncanakan seperti bernyanyi, adu yel-yel, dance, dan lain-lain.

Kini semua telah duduk melingkari api unggun sesuai kelompok. Sila duduk di antara Abian dan Kania. Dan di depannya sana, posisinya lurus dengan Duta.

Tatapan Sila langsung bertemu dengan Duta saat ia baru mendudukkan diri. Tatapan mereka datar, namun seperti mengisyaratkan sesuatu.

Seorang cewek di samping Sila menyadari interaksi dua sejoli itu. Ia mengintimidasi mereka. Menatap Sila, lalu beralih menatap Duta.

Beberapa saat melakukan kontak mata, Sila lebih dulu memutuskannya. Ia menunduk meraih handphonenya di saku celana guna menutupi kegugupan.

"Ketara banget lo suka sama Duta," ucap Kania yang hampir berbisik. Sehingga dapat dipastikan hanya Sila yang mampu mendengarnya.

"Sok tahu," jawab Sila cuek.

Kania tertawa remeh. "Gue juga cewek. Gue tahu gimana gerak-gerik cewek kalau suka sama cowok."

Karya Untuk DutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang