29. Apakah dia?

31 2 0
                                    

Fani tercengang. "Abian? Dia juga di Jakarta?"

"Iya! Gue sendiri awalnya juga kaget tiba-tiba dia satu sekolah sama gue. Ternyata, bokapnya satu kantor sama bokap gue. Sama-sama dipindah dari Jogja," jelas Sila.

"Kok bisa yo," beo Fani.

"Dunia sesempit itu ternyata."

"Kamu ingat Farzan? Yang pernah deket sama kamu itu?" tanya Fani.

"Ingat lah," balas Sila.

"Dia baru pindah ke Jakarta," ucap Fani.

"HAH?" Sila terkejut bukan main. "Serius?"

"Mungkin yo baru sekitar 2 mingguan dia urus surat pindah sekolah," kata Fani.

"Ya ampun.. Kok bisa sih sesempit itu? Tapi itu kayaknya nggak penting deh. Yang terpenting sekarang gue cari tahu sebenarnya siapa crushnya Duta," ujar Sila.

"Duta? Siapa?" tanya Fani. Karena perasaan dari tadi Sila tak menyebutkan nama Duta.

Sila menimpuk kepalanya sendiri. "Oh iya, belum gue kasih tahu namanya ya tadi. Jadi cowok yang gue maksud tadi itu Duta, sahabat gue sekaligus crush gue."

"Oh.. Ya tak do'ain aja, semoga gak gagal kayak sama yang sebelum-sebelumnya," ujar Fani.

"Makasih Fani.. Boleh ya nanti kalau gue mau curhat-curhat? Soalnya gue nggak bisa curhat sama temen gue di sini," ucap Sila.

"Boleh-boleh.."

****

Hari Senin kembali datang. Hari dimana murid-murid harus datang lebih pagi agar tak terlambat saat upacara. Tak lupa dengan seragam dan atribut yang lengkap.

Selesai upacara, semua kembali ke kelas masing-masing. Sila kini berjalan bersama Yasya menuju ke kelas. Namun langkah mereka terhenti saat seseorang memanggil nama Sila.

"Sila!"

Sila dan Yasya memutar badan mereka 180 derajat. "Ada apa?" tanya Sila kala tahu jika itu suara Duta.

"Kayaknya nanti nggak jadi keluar dulu deh, soalnya ternyata gue ada latihan futsal. Gue tadi belum baca grup pas ngajak lo, sorry ya," ucap Duta.

Tadi pagi Duta memang mengirim pesan kepada Sila untuk mengajak cewek itu makan di mie ayam Bang Jono.

"Oke nggak papa kok. Lagian lain kali juga masih bisa," balas Sila dengan senyuman. Agar Duta tak merasa bersalah.

"Oke ya udah gue ke sana dulu," sahut Duta. Ia melirik ke arah Yasya. "Bye Yasya.." Duta melambaikan tangan kepada Yasya.

Cewek itu pun membalasnya dengan senyuman. "Emangnya lo nggak ke kelas?" tanyanya.

Duta menggaruk tengkuluknya yang tak gatal. "Mau ke kantin dulu. Belum sarapan."

Yasya manggut-manggut. Sementara Sila, memandang dua sejoli itu secara bergantian dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Oh oke, dikenyangin dulu," sahut Yasya.

"Iya.. Dadaaa!" seru Duta sembari berjalan menjauhi mereka.

"Ayo Sil, ke kelas," ajak Yasya. Ia menarik tangan Sila untuk melanjutkan pangkah mereka.

****

"Kayaknya gue curiga sama seseorang deh." Terdengar suara cewek di salah satu bilik toilet.

"Sopo, Sil?" sahut seorang cewek dari seberang sana.

Itu Sila, bel istirahat berbunyi ia langsung ke toilet untuk menelepon seseorang. Yang tak lain adalah Fani.

Karya Untuk DutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang