Pria

1.7K 110 15
                                    

"Hanya sampai sana saja kah ceritanya? Lantas apa yang membuat mu membenci Asmara sebegitunya?" Disti berhenti bercerita, ia tidak melanjutkan ceritanya, ibu pun tidak mendapatkan poin dari ceritanya.

Disti menatap ibu lalu berkata "Menurut ibu apa yang membuat Disti membencinya?"

Ibu hanya diam dan menatap Disti kembali "Dia jatuh cinta pada kekasih orang? Dia merebutnya kah mbak?"

Disti tersenyum pada ibu, lalu memeluk ibu dengan sangat erat. "Dia tidak sempat merebutnya bu."

Melihat kebingungan di wajah ibu membuat Disti sedikit tertawa "Ibu mau mendengarkan hingga selesai? Kita bisa sampai pagi, tidak papa?" Tawar Disti pada ibu.

Ibu tidak suka hal yang setengah-setengah ibu butuh kejelasan hingga akhir, "Ibu bersedia, sampai pagi pun akan ibu dengarkan."

Disti tersenyum dan berucap pada ibu "Ibu akan mendapatkan poin dan alasan Disti membencinya."

Selain sering mengunjungi Caffea de Cartia Disti kerap berkunjung ke salah satu toko buku paling paling populer di romania bernama Carturesti Carusel, tempat ini bagaikan surga di depan mata menurut Disti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain sering mengunjungi Caffea de Cartia Disti kerap berkunjung ke salah satu toko buku paling paling populer di romania bernama Carturesti Carusel, tempat ini bagaikan surga di depan mata menurut Disti. Begitu indah, begitu menenangkan.

Disti memilih duduk di pojok toko, memegang salah satu buku yang akhir-akhir ini kerap ia baca. Ia terbiasa sendiri di sini, begitu fokus sampai ponselnya bergetar mengartikan ada pesan yang masuk.

Dia.
Selamat sore waktu bukares mbak Titi, bagaimana di sana? You oke?

Ah, Dia ternyata. Seseorang yang sudah beberapa tahun terakhir menjadi orang yang begitu baik padanya. Satu-satunya orang di dunia ini yang memanggilnya Titi.

You.
Aku baik disini, pria di sana apa kabarnya? Tidak mendua kan?

Iya, seseorang itu bernama Pria. Nama yang tidak terlihat niat sama sekali bukan? Tapi nama itu begitu berarti bagi Disti.

Dia.
Mbak Titi.

Disti lupa bahwa dia sedang berbalas pesan dengan laki-laki yang begitu kekanak-kanakan, tidak bukan dalam artian yang buruk. Hanya saja Pria itu adalah anak kecil bagi Disti, walaupun umurnya sekian tahun lebih tua diatasnya.

Pria yang sekarang menjadi seseorang yang istimewa bagiannya, sangat berbanding terbalik pada Pria yang baru ia kenal dahulu. Dulu ia bahkan tidak akan mengeluarkan ucapan leih dari 10 kata kepada sekitar. Walaupun sekarang sikap dingin dan tegasnya tetap tidak hilang, bisa dilihat dari balasannya di atas.

You.
Iya, ada apa?
Aku bercanda kok, oke-oke bagaimana kabarmu di sana? Dunia sedang baik kan?

Dasarnya Disti itu sedikit cerewet, tidak bisa jika dia hanya memberikan satu pertanyaan. Apalagi tentang orang yang dia sayang.

Dia.
Tidak terlalu baik, karena gak ada mbak Titi disini. Jangan bicara seperti itu lagi ya mbak Titi, jangan memandang saya tidak setia.

Uh, Disti tidak mengira bahwa candaannya ternyata dianggap serius oleh laki-laki ini. Sebenarnya salah Disti juga Pria adalah seseorang yang mudah overthinking jika Disti berbicara sesuatu, Disti merasa Pria seakan-akan takut jika Disti memandang nya tidak baik.

You.
Aku bercanda mas, maaf ya kalo bikin kamu ngerasa aku gak percaya sama kamu. Kamu harus baik-baik saja sampai aku kembali ke sana.

Panggilan Mas dan mbak adalah sebutan spesial diantara mereka berdua, terkadang Disti memang memanggil Pria tanpa sebutan mas, tapi di waktu tertentu memanggil laki-laki itu dengan sebutan mas dapat menenangkannya.

Dan bagi Pria, memanggil Disti dengan sebutan Mbak Titi adalah sesuatu yang istimewa. Disti memang anak bungsu tapi orang sekitarnya selalu memanggilnya mbak karena dia sudah dewasa, sedangkan Titi adalah potongan dari nama Disti.

Dulu saat mereka baru bertemu ada beberapa orang yang memanggil Disti hanya dengan singkat saja seperti,

"Dis"

"Ti"

"Ti, Disti."

Sampai yang terdengar baginya adalah perempuan itu bernama Titi. Sejak saat itulah Pria memanggil Disti dengan sebutan Titi. Dan sekarang bahkan ia tambahi embel-embel mbak.

Dia.
Kamu yang harus tetap baik-baik saja, karena selagi kamu baik-baik saja. Maka saya juga akan tetap baik.

Bagi Disti dianggap menjadi penting bagi hidup seseorang adalah berkah luar biasa, apalagi ketika kita menjadi seseorang yang istimewa bagi dia yang kita cinta.

You.
Maka dari itu, kita berdua harus baik-baik saja. Kita jaga diri kita masing-masing ya mas,

Disti kangen mas pria.

Mereka harus tetap baik-baik saja, sampai nanti waktunya mereka berdua akan kembali bertemu. Disti dan Pria harus tetap baik-baik saja.

Dia.
Sampai berjumpa secepatnya mbak Titi. și mie mi-e dor de tine iubire" (Aku juga merindukan mu, cinta.)

Disti yang melihat balasan itu hanya tersenyum dengan sangat lebar, Disti heran belajar darimana laki-laki itu tentang menggombal. Tapi tidak papa, itu cukup untuk menjadi penyemangat Disti hari ini.

Setelah selesai bertukar pesan dengan kontak bertuliskan "Dia" Pada ponselnya. Disti pun kembali melanjutkan bacanya, sampai dia teringat bahwa ada janji yang sudah menunggunya, yaitu bertemu dengan Ayse dan Asmara. Walaupun sejujurnya ia malas bertemu dengan Asmara.

Cerita Tak UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang