Bukares, Rumania.
Bukares tak lain adalah "little paris"
Arsitekturnya yang merupakan gabungan dari gaya historis, komunis, dan modern, membuat kerap di sebut-sebut sebagai "Paris dari Timur"Sebagai kota yang memiliki historis sejarah panjang, Bukares begitu kaya akan budaya. Suatu kota yang pernah menjadi perebutan kekuasaan antara para Sekutu, pasti menyimpan berbagai macam sejarah menarik di dalamnya. Ini adalah mimpi Disti mengulik suatu sejarah negara di Eropa dengan seseorang yang dia cintai.
Tidak perlu mengulik hingga akarnya, Disti hanya berharap berkunjung ke suatu tempat dimana ia bisa merasakan bahwa kehidupan masa lalu layak untuk dikenang selalu.
Tapi sebelum itu, harus ada yang Disti selesai diantara ia dan kekasihnya ini.
"Gimana ceritanya kamu bisa ada disini, gak ngasih tau aku, gak ngabarin aku, bahkan kamu malah kenal sama temanku?" Tanya Disti secara beruntun pada Pria.
Pria pun hanya menatap Disti sekilas lalu melihat pemandangan indah di depannya, Romanian Athenaeum.
Memandang bangunan berkubah ala neoklasik yang begitu menakjubkan, tempat yang menjadi landmark bagi Romania, dengan dinding-dinding yang menggambarkan perjalanan panjang sejarah negara itu. Sangat menarik bagi pria.
Memang kencan seperti ini yang selalu Disti impikan sejak kecil, mengunjungi situs sejarah dunia dan berdiskusi tentangnya. Tapi... Disti masih butuh kejelasan dari laki-laki ini.
Dengan sedikit kesal Disti menarik wajah laki-laki ini untuk menatapnya."Jawab dulu Sastrana Pria Atmadja."
Bukannya menjawab Pria justru tertawa "Bagaimana bisa disini? Ya aku naik pesawat sayang. Gak mungkin terbang."
"Masss, bukan itu. Gimana ceritanya kamu kesini, tujuannya apa?" Kesel Disti lama-lama dengan orang ini.
"Kamu. Alasannya kamu, tujuannya kamu." Dasar buaya darat satu ini.
Melihat keraguan yang sangat jelas di wajah Disti, Pria pun dengan santai berbicara. "Gimana bukan kamu alasannya kalo saya udah kangen, ada waktu luang kesini ya saya samperin kamu. Mastiin kalo kamu gak oleng ke bule disini."
Tolong... Kasih tau Disti, siapa yang mengajarkan laki-laki ini berbicara seperti itu, sangat jauh-sangat amat jauh dari Seorang Pria Atmadja yang pertama kali Disti kenal, dan satu lagi siapa yang mengajarinya kata oleng?
Wajah lebih tepatnya jidat Disti yang terlihat berlipat menanda kan bahwa perempuan itu memang sedang kebingungan.
"Kamu kalo chatan sama saya kan suka begitu, suka pakai bahasa-bahasa yang gak lazim. Ya saya cuman ngikutin, biar gak ngebosenin buat kamu." Jadi yang mengajarkan nya adalah diri Disti sendiri?
Tolong lagi... Kalo gini gimana Disti bisa rela dia nanti pulang ke Indonesia.
"Kamu gak harus ngikutin aku mas, gapapa kaya biasa kamu ngomong aja. Kalo kamu lebih terbiasa formal dan baku, ya gapapa." Disti sangat paham betul, laki-laki didepannya ini pasti sangat tidak familiar dengan kata-kata aneh yang sering keluar dari mulutnya. Mau bagaimana lagi, laki-laki ini hidup dengan sangat berpendidikan, dan teratur, sedangkan Disti sedikit urakkan.
"Kalo itu bisa bikin kamu ngerasa gak hampa sama hubungan kita, saya sama sekali gak masalah untuk seperti itu." Laki-laki ini bahaya sekali mulut manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tak Usai
RomanceKisah cinta tak usai, cerita cinta belum selesai. Dia berfikir bahwa hidupnya tak membutuhkan cinta, tapi ternyata ada cinta yang membutuhkannya. Dia berlari hingga lelah, sampai akhirnya ia hanya bisa pasrah. Bahwa cinta itu memang selalu untuknya...