Terima/Tolak?

1.1K 101 13
                                    

Disti tidak mengerti alasan apa yang membawa Pragia serta ibu laras datang kerumahnya sore-sore begini. Bukannya mereka berdua seharusnya sangat sibuk? Kenapa juga mereka bercengkrama dengan kedua orang tuanya.

Jika Pragia melakukan hal-hal gila, Disti akan benar-benar masuk rumah sakit jiwa.

"Selamat sore Disti Mayira." Oh... Tuhan mimpi apa Disti semalam? Disapa oleh perempuan yang menjadi idolanya? Huh... Tenang Disti, kamu harus tenang.

Dengan wajah yang dibawa santai, padahal sebenarnya dia sudah gemetar sekujur badan.

"Sore" Jawabnya dengan singkat, bukan karena tidak suka. Mulutnya sudah bergetar gagap jika bicara lebih panjang.

Kemana kemampuan berbicara seorang Disti Mayira? Kenapa dia seketika menjadi kicep.

Pragia kurang ajar, kenapa laki-laki itu menunjukan wajah yang seolah-olah meledek Disti. Arghhh lihat saja dia nanti.

Berbanding terbalik dengan putranya, ibu laras justru memberikan senyum manisnya pada Disti, dia pun menepuk Pragia dengan tasnya pertanda meminta laki-laki itu berhenti tersenyum meledek.

Setelahnya dia pun merapihkan baju nya sejenak, lalu berjalan kearah ibu Disti. "Terimakasih banyak atas jamuan nya, saya tunggu kabar baiknya." Ucapnya setelah memeluk ibu Disti singkat.

Lalu mengulurkan tangan untuk berjabatan dengan Bapaknya. Apa ini? Mereka punya bisnis bareng kah? Bisnis apa? Mega proyek? Tidak mungkin... Disti sadar orangtuanya mustahil terikat proyek dengan seorang Larasati.

Mengikuti langkah sang ibu Pragia pun memohon ijin untuk berpamitan kepada kedua orang tua Disti. Dan menatap bapaknya penuh harap? Apa sih ini?

Disti yang berada di depan pintu pun seolah terpaku dengan pemandangan didepannya. Bingung dia mau ngapain, saat bu laras berjalan menuju arah pintu baru dia minggir dan membalas senyuman wanita itu. Lalu Pragia? Laki-laki itu bahkan hanya cengar-cengir aneh saat melewatinya. Dan mereka pun pergi tanpa pamit pada Disti.

Tunggu... Bahkan mereka tidak sama sekali menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke rumah ini! Sangat tidak mungkin kedatangan mereka tanpa sangkut paut dengan dirinya.

Disti yang ter bengong menatap pagar pun melebarkan matanya saat tiga mobil Bentley yang ia lihat sebelumnya sedang berjalan secara bersamaan dan berhenti tepat didepan rumahnya.

Hal yang membuat Disti semakin menggeleng adalah sekelompok orang-orang berjas hitam rapi yang turun dari salah satu mobil tersebut, dan membukakan pintu mobil lainnya untuk Larasati.

Lalu Pragia yang memasuki mobil dibelakangnya. Jadi... Tiga mobil itu milik mereka? Heboh sekali, mau datang kerumahnya saja ribet.

Tanpa melihat kelanjutannya, Disti pun dengan cepat berbalik kearah ibu dan bapak. Ada banyak hal yang perlu dia tanyakan pada kedua orangtuanya.

"Pak, bu. Siapa yang mau ngejelasin ke Disti?" Tanyanya sembari mendudukkan diri pada sofa ruang tamu. Tempat Pragia sebelumnya duduk.

"Bapak yang harusnya nanya ke kamu. Apa urusan kamu dengan orang kaya seperti mereka? Aneh-aneh saja kamu ini." Saut bapaknya yang terlihat, emosi sekaligus sebal mungkin?

Disti yang tidak paham apa yang sebenarnya terjadi pun hanya menghela napas kasar. Apa lagi sih ini? Tidak bisakah ia hidup bebas. Kenapa laki-laki yang dekat dengannya selalu saja berulah gila.

"Kamu dekat dengan kakaknya Sastrana Dis, Serius?" Tanya ibunya dengan nada seperti orang kecewa. Tunggu... Jangan bilang Pragia berniat melamarnya barusan?

Mungkin ini terdengar sangat percaya diri, tapi Disti selalu memiliki insting yang tepat.

Jika sampai dugaannya benar, Disti tidak tau apa yang akan dia lakukan.

Cerita Tak UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang