Sudah lebih dari dua minggu Disti dan Pragia tidak saling berkomunikasi. Pragia tidak mengirimkan pesan, bunga, atau kehadirannya yang tiba-tiba seperti biasanya. Tidak, sama sekali.
Disti yang saat ini baru saja pulang dari perjalannya di Banjarmasin, semalam dirinya menunggu di bandara. Mirip seperti saat ia kembali dari London, hanya saja kali ini tidak ada Pragia yang mencuri atensinya.
Selama dua minggu ini, Disti benar-benar merenungi apa saja yang sudah terjadi di hidupnya. Apa saja hal-hal bodoh, atau hal-hal beruntung yang sudah dia lakukan, dan ternyata presentase yang Disti dapatkan tidak lah begitu berbeda. Terkadang dia untung, tapi tak jarang buntungnya.
Disti pun berpikir apakah pertemuannya dengan Pragia masuk dalam untung atau buntung? Tapi tetap saja Disti tidak menemukan jawabannya.
Dulu saat masih masa sekolah, Disti selalu berkata bahwa ia tidak akan terjebak dalam kisah percintaan rumit layaknya anak remaja. Ia selalu percaya diri bahwa dalam percintaan dunianya akan baik-baik saja, sayangnya rasa percaya diri Disti terlalu tinggi.
Buktinya saja sampai saat ini dia masih sering terjebak dalam hubungan rumit dengan laki-laki, dimana banyak teman-temannya yang sudah saling mengikat janji.
Disti memiliki ego dan gengsi setinggi langit, ia hidup dalam prinsip yang dirinya buat sendiri. Disti tidak akan mau mengejar, Dirinya tidak pernah mau memohon. Satu-satunya tempat Disti memohon hanyalah kepada Tuhan dan ibunya. Disti memang sombong, tapi jauh di dalam itu Disti hidup dalam benar yang dia benarkan sendiri.
Dalam urusan pertemanan, Disti mungkin dapat dikatakan ulung. Ia selalu mampu menguasai sekitar dengan atensi dirinya, terbukti dalam kemahirannya berbicara di depan banyak orang. Tak heran mengapa ia berhasil menjadi seorang Diplomat, kelincahan mulut Disti terkadang seperti ular yang berbisa.
Jika kalian bertanya apakah ada laki-laki lain selain Pragia yang menaruh hati pada Disti? Ada, walaupun tidak banyak. Itu sudah sangat cukup membuat Disti lelah memberikan alasan untuk menolak.
Disti memang bukan wanita yang baik, tapi dia tau bagaimana caranya menjaga kehormatan dengan baik. Menurut Disti silahkan menjadi liar seliar-liarnya, asal kamu tau ada tanggung jawab yang kamu jaga dalam dirimu sendiri.
Lembaran Pragia, nama yang sangat indah dan penuh makna. Nama yang sangat mirip artinya dengan Sastrana Pria ternyata mereka sama-sama keturunan Atmadja.
Jika kalian berpikir Disti membenci Atmadja karena kelakuannya pada wanita itu? Kalian salah. Karena alasan Disti membenci jauh dari itu.
Atmadja adalah keluarga kaya raya dengan dinasti kekayaan yang tidak ada habisnya, keluarga mereka terkenal akan segala kekuatan yang mereka miliki. Privasi yang mereka jaga memanglah tidak main-main. Semua nama, dan reputasi keluarga mereka terjaga dengan baik. Tanpa kekurangan dan kecacatan yang menggoresnya.
Itulah sebabnya nama Pragia tidak pernah terdengar hingga kuping Disti, mungkin karena laki-laki itu dianggap sebagai pembangkang keluarga yang dapat menaruh citra buruk. Hingga nama dan keberadaannya tidak disebarluaskan ke khalayak.
Jujur saja sejauh yang terlihat oleh mata, Pragia memang sangat berbanding terbalik dengan adiknya. Pragia mungkin sedikit lebih tengil, dengan sikap yang sangat mengesalkan, jiwa pembangkang nya begitu dominan, tapi Disti tau laki-laki itu memiliki tekad sendiri dalam dirinya.
Laki-laki itu bagaikan ombak yang menyimpan tsunami di dalamnya, dia tenang mengalir, namun menyimpan tsunami dalam diamnya. Karena kekuatan tidak perlu selalu ditunjukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tak Usai
RomanceKisah cinta tak usai, cerita cinta belum selesai. Dia berfikir bahwa hidupnya tak membutuhkan cinta, tapi ternyata ada cinta yang membutuhkannya. Dia berlari hingga lelah, sampai akhirnya ia hanya bisa pasrah. Bahwa cinta itu memang selalu untuknya...