Belanda: Membahas impian pernikahan

1K 107 9
                                    

Belanda masih mengisi cerita mereka, masih tetap memberikan buaian indahnya pada sepasang sejoli yang sedang di mabuk cinta.

Belanda akan menjadi bagian dari saksi sejarah perjalanan cinta mereka. Belanda yang akan mengisi memori-memori nostalgia mereka di masa depan.

Belanda adalah suatu negara yang akan mereka berdua ceritakan kepada anak, cucu, dan keturunan mereka nantinya.

Karena Belanda lah bagian dari kisah yang mereka jalani, Belanda akan menempati tempat paling istimewa dalam benak jiwa mereka berdua.

Karena Belanda meyakinkan mereka melangkah pada jenjang selanjutnya.

"Saya pulang dulu ke Indonesia, mengurusi semuanya. Nanti kamu kembali sesuai waktu cuti?" Tanya Pragia pada Disti di sebelahnya.

Disti mengangguk.

Mereka memutuskan mengikat satu sama lain dalam tahun ini, akhir tahun nanti saat Disti mendapatkan cuti pertamanya di Belanda, ia akan langsung terbang ke negara tercinta untuk meresmikan hubungannya.

Lalu kehidupan seperti apa yang mereka rencanakan? Kehidupan terpisah selama tiga tahun ke depan nanti. Iya, mereka sepakat.

Disti tidak bisa meninggalkan tugasnya dalam waktu dekat ini, Pragia pun tidak mungkin bisa pindah sepenuhnya ke Belanda. Pekerjaan laki-laki itu, tidak mungkin di tinggalkan.

Lalu apa jalan tengah yang mereka pilih? Ya seperti itu, Pragia akan secara rutin datang ke Belanda menemui Disti, dan saat waktu cuti tiba Disti yang akan terbang ke Indonesia menemui Pragia.

Ya untuk sekarang seperti itu dulu.

Jadi hari ini laki-laki itu akan pulang ke Indonesia untuk mengurusi segala macam mengenai pernikahan mereka. Sampai sekarang Disti pun masih tidak menyangka.

Pembicaraan kemarin berakhir dengan kesepakatan yang begitu luar biasa, iya ia sudah cukup dewasa, sudah waktunya menuju jenjang yang lebih serius.

Tidak ada waktu untuk bermain-main.

"Bapak ngamuk gak ya pas saya datang nanti?" Gelisahnya setengah mati. Pragia itu pemberani, hanya saja jika sudah di depan bapaknya Disti ia seketika menciut.

Disti tertawa dan memukul lengan Pragia pelan "Asal kamu datang baik-baik. Bapak pasti jinak kok." Katanya meyakinkan.

Bapak belum tau sama sekali tentang rencana gila anak dan calon menantunya itu, yang bapak tau adalah mereka berada dalam hubungan tapi belum seserius itu.

"Do'ain ya." Pintanya.

"Aamiin"

Lalu mereka tertawa bersama.

Iya, Pragia yang akan mengurusi semuanya. Sudah pasti dengan persetujuan Disti dari jauh. Mereka sudah membahas seperti apa detail pernikahan yang mereka impikan.

Mengejutkannya, selera mereka sama. Pas, dan klop. Tidak susah sepertinya walaupun nanti mere membahasnya secara jarak jauh. Semoga saja ya.

"Lamaran resmi kita gimana?"

Disti berpikir sejenak "Kita adain beberapa minggu sebelum hari H. Saya cuti kan sebulan sebelumnya." Jelasnya.

"Kamu yakin menyerahkan semuanya ke saya?" Tanya Pragia tidak yakin.

Disti sebenarnya juga ingin menyiapkan segala hal tentang pernikahannya, terlebih pekerjaannya dahulu adalah membuat pernikahan impian bagi orang-orang.

Tapi apa boleh buat? Tugas negara memanggilnya.

"Yakin!"

"Berapa persen?"

Cerita Tak UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang