Mari menelisik ke masa lalu, benua biru adalah daratan indah impian seorang anak perempuan pada masa kecilnya.
Benua biru, tempat yang seolah memiliki segudang hal indah yang selalu membuatnya melontarkan kata tanya.
Segala mimpi dimasa dulu, bersemayam di benua biru.
Indah, sangat indah dengan segala cerita sejarahnya. Kisah impian semua orang, tentang kerajaan, kemewahan, kecerdasan, dan majunya peradaban, membuat daratan Eropa selalu menempati bilik terindah dalam sanubarinya.
Dan kini, Disti seorang gadis penggila eropa akan kembali dalam buaian peradaban maju tersebut, di suatu negara bernama Belanda.
Selain bekerja, menjadi diplomat adalah jalur pintas Disti menjadi penjelajah dunia, dia bukan orang kebanyakan duit yang bisa kapan saja datang ke segala negeri, ia menggunakan kecerdasannya untuk mewujudkan segala impian masa kecilnya.
Soekarno-Hatta airport
Tempat ini, menjadi salah satu saksi pertemuannya dengan seorang laki-laki yang membawa dia pada banyak hal belakangan ini.
Waktu itu, ia disambut oleh tangisan yang ia tidak ketahui apa sebabnya.
Sekarang, masih dengan tangisan hanya saja ia tau sebabnya.
"Pra. Udahlah, katanya cuman Belanda gak usah nangis." Pertama kali Disti menemukan laki-laki yang begitu mudah mengeluarkan emosinya, tidak sok kuat, hanya berlaku apa adanya.
Pragia, tunangannya. Menangis secara diam sedari tadi akibat tidak bisa mengantarkan Disti langsung ke Belanda. Pekerjaannya tidak bisa di tinggal.
Bandara ramai, seperti seharusnya. Dinding bandara selalu mendengar tangisan dan harapan tulus atas perpisahan yang akan terjadi, bandara sudah menyimpan jutaan kisah atas harap yang terucap.
"Kerjaan sialan." Katanya dengan pelan, yang membuat ibunda Disti tertawa.
Ibu dan Bapak, iya hanya mereka. Nina sebenarnya sudah ngotot untuk ke bandara tapi anak itu tumbang dan di kurung suaminya di rumah sakit, biarlah Disti tidak tau apabila dia disini. Bisa kejer dia.
Tari dan Zu, Disti bilang tidak usah repot-repot karena mereka juga sedang sibuk. Zu berjaga di rumah sakit, dan pasiennya pasti jauh lebih butuh dia.
Sedangkan Tari, Aruna sedang GTM bayi itu sedang rewel-rewelnya tidak mungkin di bawa ke bandara yang sangat ramai.
"Sabar Pra. Besok juga kan kamu nyusul." Jika kalian pikir dengan begitu Pragia tidak jadi ke Belanda, kalian salah.
Laki-laki itu tetap akan pergi besok. Besok!!!
Pragia menghela napas kasar, berniat memberikan pelukan perpisahan pada sang pujaan, tapi yang ada di hadang si pawang, bapak.
Menengok kearah bapak, Pragia justru diberikan pelototan. Mereka sebenarnya baik-baik aja, Pragia juga sudah minta izin bapak untuk bersama Disti.
Hanya saja, prinsip hidup bapak memang rumit. Masih ketimuran dengan segala halnya, dia juga tipikal yang sulit berbaur dengan orang baru, butuh waktu.
Lalu kakak dan abang Disti mereka hanya titip salam, dan Disti sudah sangat maklum.
Disti mendapatkan jam penerbangan malam, hanya saja. Sebelum berangkat banyak hal yang perlu ia urus hingga siang ia sudah harus di bandara.
"Disti harus ketemu beberapa orang dulu. Disti pamit ya pak, bu." Katanya sembari memeluk orang tuanya secara bergantian, diberikan segala macam petuah untuk hidup kembali di perantauan. Selalu, dan akan seterusnya.
Disti menatap Pragia, tersenyum melihat mata laki-laki itu yang berkaca-kaca, merenggangkan tangganya sebelah "Sini pelukannya sebelah aja, nanti bapak sebelahnya."
Benar saja Pragia langsung menubruk, dan bapak pula di sebelah lainnya. Iya, Disti merangkul dua laki-laki yang sepertinya akan menjadi pengarah atas tujuan hidupnya.
"Besok kamu kesana, jangan galau." Tegas Disti pada Pragia, jika dengannya Disti kadang suka merasa bahwa dia adalah ibu yang memiliki anak bandel sekaligus cengeng.
Disti menatap bapaknya "Pak Pragia nya, nanti diajak pulang. Jangan diturunin di jalan." Candanya kepada bapak.
Bukannya gimana mereka nganterin Disti tuh pakai mobil Bapak, karena tadi kata bapak mobil Pragia sempit. Dia kekeuh mau pakai mobilnya aja, walaupun suka ngadat. Alhasil mobil Pragia di tinggal di kediaman Disti.
Ternyata waktunya di Indonesia tidak selama yang ia bayangkan, namun kisahnya begitu luar biasa untuk dia jalankan. Pragia, Disti beruntung memilih kembali ke Indonesia dan bertemu seseorang yang membuat dia merasa bahwa dunia memang masih akan selalu baik.
Sampai ketemu di benua biru, sampai berjumpa di Belanda.
Sampai berjumpa pada lembaran baru yang menyambut Disti dengan segala kisahnya, dengan Pragia yang akan menjadi bagian dari dunianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tak Usai
RomanceKisah cinta tak usai, cerita cinta belum selesai. Dia berfikir bahwa hidupnya tak membutuhkan cinta, tapi ternyata ada cinta yang membutuhkannya. Dia berlari hingga lelah, sampai akhirnya ia hanya bisa pasrah. Bahwa cinta itu memang selalu untuknya...