Penyelesaian di Belanda: Ikhlas

807 78 13
                                    

Dunia ini rumit.

Banyak satu dua hal dalam hidup yang rasanya seperti rumus matematika. Pusing.

Rumit, caranya rumit. Hasilnya? Sangat singkat, pasti, dan tepat. Sesungguhnya hidup seperti rumus jika kita pusing mencari maka, penat yang menghampiri.

Ketika kita mencoba dengan cara lain, sudut pandang lain, jawaban sebenarnya dengan cara lebih mudah bisa kita gapai.

Seperti itu Disti kini menjalani hidupnya, sederhana saja. Tidak terlalu rumit, menyerahkan hasil hidupnya pada yang kuasa. Sangat sederhana, tapi percayalah bahwa cara itu mempermudah hidup.

Besok adalah hari ia akan kembali ke Indonesia, kembali. Pada pelukan terkasih, jiwa yang sudah lama menanti.

Kembali membangun sebuah bahtera indah yang akan menjadi tempatnya berlabuh dari banyaknya dermaga yang ia lewati.

Dalam lembaran indah milik seorang lelaki, Disti siap melukiskan hidupnya di atas lembaran tersebut.

Disti siap memberi banyak warna, dan pola untuk menghasilkan lukisan cinta yang indah.

Hari ini, hari terakhir ia berada di negri Belanda. Setelah melewati banyan pertimbangan serta perbincangan sampailah pada hari ini.

Hari dimana ia akan ikhlas melepaskan segala hal yang menemaninya selam sekian tahun, rutinitasnya.

Diplomat muda kebanggaan Indonesia, salah seorang pekerjaan kedutaan yang begitu berjasa hari ini memutuskan untuk kembali kedalam buaian tanah air.

Iya, Disti mengajukan surat izin kembali pada pemerintah. Dia akan kembali, menuju Indonesia. Menuju tahap baru dalam dunianya.

Setelah menikah nanti Disti akan bertugas di dalam negeri, kembali pada rutinitas di kantor kementerian.

Sulit memang awalnya, untuk ikhlas dan menerima bahwa perjalanan tugasnya harus terhenti. Namun, hidup adalah tentang pilihan, dan Disti memilih pilihannya.

Karena hidup tentang mengikhlaskan, maka Disti belajar merelakan. Sudah banyak mimpi ia ukir, sudah banyak cita yang ia capai. Sudah waktunya ia kembali pada kodratnya wanita, untuk menikah membina keluarga dan mengabdi pada mereka.

Di hari terakhir ini Disti akan bertemu seseorang yang sangat jarang muncul di kehidupannya, hanya pernah sekali mungkin muncul.

Radjathama Angkuna.

Salah seorang staf tinggi KBRI Belanda, laki-laki yang mengisi waktu semasa kuliahnya. Teman Disti, dalam menjadi yang utama. Teman seperjuangan.

Namun, ternyata teman itu memperjuangkannya.

Mereka bertemu, karena Radja adalah seseorang yang bertugas mengurus kepindahannya kembali ke Indonesia.

Di kantor ini, di musin dingin. Mereka bertemu saling sapa, lebih hangat dari yang terakhir kalinya.

"Bagaimana kabarmu Dis?" Tanyanya dengan hangat.

Disti termenung sebentar lalu membalas jabat tangannya "Sangat baik, bagaimana denganmu?"

Radja mempersilahkan Disti duduk sembari mengeluarkan berkas yang perlu mereka selesaikan "Baik. Sejauh ini masih baik."

Laki-laki ini berubah seratus sekian derajat. Huh, sangat berbeda. Anak urakan yang ia kenal semasa kuliah, kini dewasa menjadi seorang laki-laki yang begitu mengagumkan.

Salah satu pegawai kedutaan yang sangat di kenal namanya, jejak karirnya begitu cemerlang. Banyak sekali prestasi yang ia torehkan untuk negeri.

Ada sesuatu yang Disti ingin sampaikan, sesuatu yang ingin ia selesaikan.

Cerita Tak UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang