Sesuai kesepakatan bersama antara Disti, dan Pragia mereka benar-benar menghabiskan waktu dalam satu hari tersebut, setelah menikmati suasana pagi di pantai indah kapuk.
Pragia benar-benar berdedikasi untuk seharian menemani Disti, terbukti dengan Pragia yang selalu menuruti kemana pun Disti pergi.
"Gak mau belanja?" Tanya Pragia pada Disti yang sedari tadi hanya mengajaknya berkeliling Jakarta dari dalam mobil.
Disti menoleh pada Pragia yang sedang menyetir "Gak. Bosen" Pragia pikir Disti akan mengajaknya berjalan di dalam mall mewah dan menunjukkan seberapa tingginya gaya hidup wanita ini, ternyata Pragia salah. Disti tidak seperti wanita lainnya.
"Suka belanja?" Tanya Pragia pada Disti disampingnya.
Disti menatap Pragia lalu tertawa, "Munafik kalo perempuan tidak suka belanja Pragia. Belanja adalah hobi saya." Disti bukanlah perempuan yang akan bersusah payah menjaga image baik dihadapan laki-laki.
"Terus kalo hobi kenapa bosen?" Tanya Pragia.
Disti menoleh aneh ke arah Pragia "Hobi kadang sering bikin bosen."
Pragia hanya mengangguk-angguk membiarkan Disti sibuk memandangi jalanan jakarta yang sejujurnya pasti sudah sangat sering wanita itu lewati.
Keheningan tersebut pun terus berlanjut sampai Pragia memberhentikan mobilnya pada suatu taman mangrove, Disti yang melihatnya pun menatap bingung ke arah Pragia.
"Saya tau kamu sebenarnya lagi butuh ketenangan kan dari tadi? Tempat ini cocok." Jelas Pragia dengan senyum hangatnya.
Pragia sangat tau jika Disti adalah tipe wanita yang sangat cerewet walaupun ia memiliki sisi tertutup dalam dirinya, Disti yang baik-baik saja akan menjadi sangat berisik.
Satu hal lagi, Pragia ingat bahwa tugasnya hari ini adalah menemani Disti bukan merecokinya, karena walaupun Disti memintanya berhenti setelah ini. Dirinya akan tetap maju, sampai batas dan penentuan akhir.
Disti yang memang tau apa yang sedang sangat ia butuhkan pun hanya mengangguk setuju.
Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri jembatan kayu yang membentang dikelilingi hutan mangrove, memang cukup menenangkan dengan kondisi pengunjung yang tidak begitu banyak. Cukup memberikan Disti ketenangan, dan merilekskan pikirannya.
Mereka berhenti di tengah-tengah jembatan dan duduk dengan kaki yang menjuntai ke arah bawah, saling menatap ke depan dengan pikiran masing-masing.
Sampai satu suara membuka percakapan diantara keduanya, dan Disti memilih untuk memulainya.
"Kenapa waktu itu nangis di bandara?" Tanya Disti terhadap Pragia yang berada di sebelahnya.
Pragia yang mendengar pertanyaan tersebut pun hanya tersenyum simpul, karena sebelumnya dia sudah menduga bahwa Disti pasti akan mencari tau banyak hal tentangnya lewat dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tak Usai
RomanceKisah cinta tak usai, cerita cinta belum selesai. Dia berfikir bahwa hidupnya tak membutuhkan cinta, tapi ternyata ada cinta yang membutuhkannya. Dia berlari hingga lelah, sampai akhirnya ia hanya bisa pasrah. Bahwa cinta itu memang selalu untuknya...