Hari pernikahan, ini adalah hari pernikahan Nina Lamira dengan Alvian Bas Djaya.
Satu kesalahan pertama yang Disti lakukan di hari ini adalah dirinya yang bangun dengan mata sembab akibat dari membaca buku catatannya dan membuat memori itu pun kembali menguak.
Baiklah mari lupakan masalah dan memori hari itu, mari sambut memori yang jauh akan lebih berkesan. Pernikahan sahabatnya.
Cantik, mereka semua yang ada di ruangan ini terlihat sangat cantik, terkhusus si calon pengantin perempuan, Sebelum acara di mula. mereka berempat dan beberapa teman Nina lainnya mengadakan sesi foto.
Selalu ada kehebohan dibalik keindahan foto yang tercipta, selalu ada cerita dibalik figura yang ada, dan mereka sedang menjalani itu semua.
"Masbi diem dulu sayang, Umma mau pake ini dulu sebentar." Tidak tau, ini sudah yang ke berapa kalinya Zu memohon pada anaknya agar ia bisa menuntaskan make up nya dengan benar. Bagaimana tidak, anak ini sedang tentrum pagi-pagi.
Disti yang melihat itupun hanya tertawa, sembari menebalkan make-up pada area matanya agar tidak terlihat sembab.
Foto bersama pasti memerlukan polesan make-up yang paripurna, walaupun sesi ini Nina memilih tema make-up ia dan teman-temannya flawless, namun tetap tidak mengurangi keribetan.
"Abidzhar... Umma minta tolong dong sayang, jangan marah-marah." Ucap Zu dengan sangat memelas, dia tidak marah pada anaknya hanya saja tidak enak pada yang lain.
Mereka berada di salah satu kamar hotel, ada beberapa yang sudah tuntas make-up karena sudah memakai base dari rumah, dan ada yang baru mulai make-up.
Disti belum tuntas, dan masih di make-up oleh team dari Mua, sedangkan Tari ia malah berperan menjadi salah satu dari team make-up karena keahliannya di bidang tersebut.
"Bapaknya kemana si Zu?" Tanya Disti pada Zu yang sedang sibuk menggendong Masbi.
Sembari menenangkan Abidhzar dalam gendongannya ia pun menjawab "Gak tau." Waduh... Ada apa ini?
Seketika Disti dan Tari pun berpandangan, merasa ada yang tidak beres.
Nina sedang memakai pakaiannya pada ruang yang terpisah ditemani oleh orang dari wardrobe.
"Masbi main sama dedek Runa yuk, ikut ibu." Bujuk Tari pada Abidzhar.
Ia pun menghampiri Zu berniat mengambil Abidhzar dari gendongan Zu dan membawanya ke Aruna yang sedang berada di kamar sebelah dengan bapaknya.
"Ndakkkk, Ndaoooooo." Kalimat itu adalah kalimat yang menjadi andalan Abidzhar saat dia sedang marah dan merengek. Ndak yang berarti tidak, dan ndao yang berarti tidak mau.
"Udah gua aja yang nganterin ke bapaknya." Ujar Zu sembari melangkahkan kakinya keluar ruangan, Tari dan Disti saling bertatapan kembali, tadi katanya gak tau?
Tari pun menghampiri Disti "Tadi katanya gak tau? Berantem mereka?" Tanya nya pada Disti.
Disti pun mengangkat kedua bahunya tanda tak tau "Kemarin baik-baik aja. Selisih dikit kali, rumah tangga namanya."
Zu melangkah keluar sambil menggendong Abidzhar pun agak menggerutu, bukan karena anaknya melainkan ulah suaminya yang sama sekali tidak jelas hari ini.
"Masih mau marah? Ini anaknya gak mau di tenangin dulu? Bisa bantu aku sebentar, akad dimulai jam 2 dan foto nya dimulai jam 9 boleh kerjasamanya dulu Buya?" Bingung Zu dari semalam tentang kelakuan suaminya ini.
Bintara pun mengambil Abidzhar dari gendongan Zu tanpa mengatakan apapun, Zu yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng "Marah sama aku? Ngambek?"
Bintara hanya berdiri menatap jendela sambil menggendong Abidzar tanpa ada niat untuk membalas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tak Usai
RomanceKisah cinta tak usai, cerita cinta belum selesai. Dia berfikir bahwa hidupnya tak membutuhkan cinta, tapi ternyata ada cinta yang membutuhkannya. Dia berlari hingga lelah, sampai akhirnya ia hanya bisa pasrah. Bahwa cinta itu memang selalu untuknya...