Belanda: Bincang mahasiswa

933 86 16
                                    

Pragia sudah pulang beberapa hari yang lalu, laki-laki itu akhirnya kembali juga pada negeri Pertiwi. Akhirnya setelah sekian banyak drama yang tercipta seakan itu adalah sebuah bentuk cinta yang teramat, laki-laki itu kembali juga.

Sepertinya laki-laki itu langsung gercep mengambil langkah untuk kelanjutan hubungan mereka.

Ah sesungguhnya Disti ingin terbang ke Indonesia dan mengurusi semuanya bersama, tapi apa boleh buat? Tugas tetaplah tugas.

Sebenarnya mudah bagi Pragia memboyong Disti pulang ke Indonesia, dengan segala koneksinya.

Huh, namun bukan Disti Mayira jika rela mengkhianati pekerjaannya.

Aduh bagaimana para istri muda di sana saat tau, si paling jomblo akan menyusul mereka? Pasti mereka akan jingkrak-jingkrak.

Video call: We get married.

Satu-satunya cara paling efektif dalam pertemanan mereka ialah sambungan video, lelah mengetik panjang jika ingin curhat, rindu suara bengek saat tertawa.

Karena sejujurnya mereka bosan mendengar suara serius Disti dalam setiap tayangan rapat negara, bener-benar tidak mengandung lelucon mereka selama ini.

"Gua mau nikah!" Suara Disti terdengar dalam setiap ponsel genggam yang tersambung. Menggema, seakan-akan tiada dosa.

Untung jaringannya sedang baik, jadi tidak menghalangi ekspresi terkejut para ibu-ibu tersebut.

Bisa di tebak siapa orang yang paling pertama histeris? Iya, sudah pasti. Nyonya Alvian Bass Djaya.

Suara teriakannya menggema menembus ruang dan waktu benua, Disti yakin orang-orang di rumah wanita itu juga jauh lebih terkejut.

"Anjirr e-ehh astagfirullah."

"MasyaAllah Umma!"

Lalu di susul celetukan polos sahabat jannah nya, wanita itu bahkan sampai kelepasan berkata, dan suara teguran terdengar dari sang mantan calon rw.

Iya, mantan calon rw. Karena sewaktu malam mau daftar berakhir batal, karena Zuleyna yang ngambek total.

Kenapa wanita itu tiba-tiba ngambek? Karena dia baru dapat laporan segala agenda suaminya sebagai pimpinan Rumah sakit tempat lelaki itu berkerja, sangat padat.

Laki-laki itu dengan senang hati menambah segala agendanya dengan menjadi rw? Apa tidak kasihan dengan tubuhnya sendiri?

Banyak perbincangan yang sepertinya mereka lewati tentang yang prioritas dan tidaknya tentang masa depan.

Akhirnya Bintara batal menyalonkan diri menjadi ketua RW.

Disti yang merasa teman-temannya sudah tidak kondusif pun mengambil suara, bisa kalian bayangkan. Terlihat dari layar bahwa sekarang Nina sedang loncat-loncat di atas kasur seperti orang kurang kesadaran.

Sedangkan Zu benar-benar mengelus dada seakan-akan mendengar berita paling menghebohkan.

Lalu Tari? Tari aman, suaminya saja yang kebanyakan kelakuan. Kalian tau apa yang dilakukan bapak-bapak itu? Bersujud syukur. Karena katanya, si jomblo karatan akan menemukan jalannya sendiri.

"Gak usah lebay banget lu dit, sialan." Kesal Disti dengan reaksi berlebihan musuh bebuyutannya itu.

Dulu tuh ya, Disti salah satu orang yang paling mendukung Ditya dan Tari. Sekarang justru dia menjadi orang yang paling kesal dengan suami sahabatnya tersebut. Makin lama itu orang makin ngeselin kata Disti mah.

Cerita Tak UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang