Sesuai rencananya kemarin Disti sudah melakukan pertemuan dengan perwakilan Thailand. Ia pun memiliki waktu yang cukup luang setelahnya, dibandingkan ia pusing dan stres atas segala pikirannya. Lebih baik dia menyambangi keponakan lucunya.
Boleh diketahui bahwa sekarang Disti sedang berada di dalam mobil sembari memencet klakson dengan kencang kearah rumah salah satu temannya. Tepat di depan rumah Pak dokter dan bu dokter.
Jika ditanya adakah kedua orang tersebut? Entah, Disti juga tidak tau. Tapi setidaknya pasti Abidzhar alias Masbi unyu nya ada di dalam rumah tersebut.
Kenapa Disti memilih ke rumah Zu? Karena otaknya tidak sedang berfungsi dengan baik, sehingga ia hanya perlu duduk bermain dengan Masbi untuk menenangkan segala keruwetannya.
Karena jika dia datang ke rumah Nina, yang ada mereka akan adu nasib. Disti sedang tidak minat.
Lalu Tari? Sepertinya perempuan itu sedang sangat sibuk dengan bisnis onlinenya. Kedatangan Disti hanya akan menghabiskan stok makanan di kulkas, males juga dia bertemu dengan suaminya Tari.
Tempat paling aman sekarang adalah rumahnya Zuleyna, dia hanya butuh diem dan bermain dengan Masbi setelah itu mungkin dia akan sedikit lebih tenang.
Jangan kalian sangka Disti datang hanya membawa diri, tenang saja.
Disti cukup tau diri dengan membawakan banyak mainan untuk Masbi yang setelahnya pasti dia akan kena omelan si Umma. Masa bodolah, yang penting bapaknya anak itu mendukung.
Setelah membuat kericuhan dengan suara klakson mobil akhirnya pager rumah itu terbuka. Otomatis, mungkin karena sang pemilik rumah terlalu malas.
Hal yang lebih menyenangkan adalah ketika Disti memasuki mobilnya kedalam carpoot ada Masbi yang sudah berdiri didepan pintu dengan remote pagar ditangannya. Lucu sekali.
"Amihhhhh" Teriak anak balita tersebut.
Aduh, Masbi sayangnya Amih jangan lucu-lucu dong nak.
Disti menurunkan banyak mainan yang ia bawa dan berjalan kearah Masbi, belum dia menapakkan kaki pada salah satu undakan tangga depan. Ia sudah mendengar ceramah seorang ibu muda.
"Dis, gua bilang apa? Jangan ngasih terlalu banyak mainan, Punya Abidzhar udah numpuk di kamarnya. Mubadzir!" Duh... Ini emak-emak satu, Disti kira dia sedang kerja, ternyata nongol dari dalam garasi.
"Gak praktek Zu?" Tanya sembari Nyengir dan menghiraukan omelan orang didepannya. Biar sajalah, sekali-sekali.
Masbi yang mengerti apa pembicaraan Umma dan Amihnya pun menepuk jidat. Padahal Umma sering memainkan mainannya.
"Umma, nanti Masbi pilih mainan yang udah gak kepakai ya? Kata Buya kan kalo yang masih bagus, boleh dikasih ke teman-teman. Jadi mainannya gak banyak-banyak" Ucap anak itu dengan polos sembari memencet tombol remote berkali-kali yang otomatis membuat pagar tertutup lalu terbuka.
Zu menghela napasnya lalu tersenyum tulus, untuk kali ini dia maafkan perbuatan Disti.
Sebenarnya dia sangat tau kalo Disti sangat menyayangi putranya, hanya saja dia khawatir jika Abidzhar nanti menjadi manja dan sebagainya. Tidak baik untuk perkembangannya nanti.
Disti langsung tersenyum lebar. Lalu segera menghampiri Masbi dan menyerahkan kardus besar yang berisikan mobil balap. Saking besarnya Masbi sampai terhuyung oleng ke belakang.
Disti yang panik dengan ekspresi Zu pun lantas mengangkat kembali kardus tersebut, dan memanggulnya. Tanpa dipersilahkan masuk, ia sudah nyelonong lebih dulu.
Dia pun langsung selonjoran di karpet ruang tamu Zu. Benar-benar berasa rumah milik bersama.
Mendengar kegaduhan di bawah membuat Bintara turun dari lantai atas dan menghampiri istrinya di dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Tak Usai
RomanceKisah cinta tak usai, cerita cinta belum selesai. Dia berfikir bahwa hidupnya tak membutuhkan cinta, tapi ternyata ada cinta yang membutuhkannya. Dia berlari hingga lelah, sampai akhirnya ia hanya bisa pasrah. Bahwa cinta itu memang selalu untuknya...