Kebersamaan

1.3K 101 23
                                    

Ini adalah H-5 dari acara pernikahan Nina dan Alvin, malam ini pula menjadi malam ke 10 dari masa pingitan yang di jalankan oleh Nina.

Sejujurnya dia cukup rindu, tapi kehadiran teman-temannya secara lengkap dan komplit bersama pasangan mereka masing-masing tak lupa juga anak-anak mereka yang mengisi waktu Nina sangatlah cukup untuknya.

Diantara mereka sudah pasti Disti yang tidak membawa gandengan atau orang lain dalam sesi pertemuan ini, Sebenarnya mereka pun bingung dalam kurun 3 tahun setelah hubungan terakhir Disti dengan seseorang, masa sampai saat ini dia belum terikat kembali juga.

Malam ini mereka berkumpul di rumah Nina menemani si calon pengantin wanita karena dia tidak diperkenankan pergi keluar rumah selama masa pingitan nya. Mereka hanya berkumpul di taman belakang rumah Nina yang kini sudah disulap sebagai tempat kumpul dan Barbeque.

"Sepi banget Nin, pada kemana?" Zu sedikit heran tidak biasanya rumah Nina sepi seperti ini, apalagi menjelang hari besar dalam keluarga mereka.

Nina yang sedang fokus menusuk-nusuk daging pada gagang sate pun menjawab "Mama sama Papa masih diluar karena ada urusan, kakak-kakak gua masih dirumah mereka masing-masing juga. Paling enggak kesini besok."

Disti malam ini berada dalam mood yang kurang baik, atau dalam keadaan hati yang tidak seceria biasanya, karena itu pula dari tadi dia hanya diam sembari memakan sosis tanpa niat membantu memanggang.

"Ini lagi kenapa anak gadis malam-malam gini bengong? kesambet yang ada Dis" Tari heran yang mau nikah Nina kok yang galau dan banyak pikiran si Disti.

"Gak perlu kesambet juga setannya udah takut sama dia yang." Dasar tidak suami tidak istri sama saja, Disti heran kok Tari mau sama ini orang satu. Oh iyaa lupa, Tari kan kena pelet tetangga.

Nina yang mendengar itupun seketika ketawa ngakak "Ibaratnya setan ngeliat Disti juga udah minder duluan."

"Bully aja terus gua bully, lanjutin aja gapapa. Biarin aja gua ajak setannya kondangan ke nikahan lu nanti." Tidak heran mereka selalu meledek Disti dengan embel-embel setan, terkadang selain karena kelakuan Disti hang mirip dengan makhluk itu, Disti pun cukup peka dengan keberadaan hal-hal semacam itu.

Nina baru saja akan melontarkan protes sampai Zu dengan sigap berkata "Jangan jadiin laki gua tameng lu, baca sendiri doanya. Jangan cuman ikut aamiin doang."

Seketika satu ruangan pun tertawa setelah mendengar perkataan Zu bagaimana tidak tertawa jika mereka teringat momen saat berada di fila puncak. Saat itu Disti mengatakan dia melihat sesuatu di tangga fila, dan sudah pasti Nina menjadi satu-satunya orang paling heboh di sana.

Dan malamnya pun Nina memaksa semua orang di fila tersebut melakukan acara doa bersama sembari membaca ayat-ayat suci Al-Quran, dan kenyataannya dia hanya mengucapkan aamiin-aamiin dari meja makan dengan alasan sedang berhalangan.

"Itu kan gua lagi halangan Zu, lagian kalian tau ada setan malah santai-santai aja bukannya langsung yasinan. Minimal baca ayat kursi gitu loh." Dasar mungkin manusia satu ini lupa apa yang dia lakukan saat Disti berkata ada makhluk halus di fila tersebut.

"Berarti sekarang kita harus yasinan dong Nin?" Tanya Disti dengan santai pada Nina.

Seketika sesuai dugaan, Nina tidak sama sekali membaca ayat kursi atau semacamnya, apa yang dia lakukan? Iyaa, dia teriak. Sampai membangunkan Aruna yang sedang tertidur, dan mengejutkan Abidzhar yang sedang sibuk memakan sosis bakarnya.

Karena bagi Nina, ucapan Disti dengan tatapan kosong sekaligus tajamnya adalah pertanda nampaknya kehadiran makhluk halus dalam pengelihatan Disti.

"Bin doa bin, cepetan!" Dan apa yang selanjutnya Nina lakukan? Meminta Bintara dengan segera memimpin doa.

Diantara mereka semua memang ada satu laki-laki dengan tingkat keimanan yang sangat tinggi, dia adalah Dr. Bintara suami dari Dr. Zuleyna. Mereka adalah pasangan yang dipercaya Nina sebagai penyangkal makhluk halus, karena dalam pikiran konyol Nina makhluk semacam itu akan mudah hilang dengan kekuatan doa dari mereka.

Seketika satu ruangan pun menundukkan kepala mereka, dan dengan segera mengadahkan kedua tangan mereka sebagai arti mulai berdoa. Mereka tidak membaca surat yang panjang semacam yasin, cukup dengan ayat kursi yang mereka baca dengan khusyuk berharap dapat menenangkan hati Nina.

"kita gak yasinan?" Tanya Nina dengan pandangan dan tatapan sangat polos.

Sangat amat polos sampai Tari yang sabar saja berucap "Besok sekalian kita undang pengajian ibu-ibu kesini Nin, biar setan dalam tubuh lu keluar sekalian. Jadinya kan gak nanggung."

Maksud Nina kan baik biar teman-temannya menambah amal ibadah, tapi kok pada emosi sih?

Abidzhar yang dari tadi anteng di atas meja makan pun mulai menunjukan atensinya "Bubu kata Buya kita gak boleh takut sama makhluk halus, kan kedudukan manusia lebih mulia daripada Jin, Bubuu."

Zu yang mendengar ucapan anaknya pun tersenyum bangga, ternyata ilmu yang ia dan suaminya tanamkan secara pelan-pelan kepada jagoan kecil mereka berhasil diserap dengan baik oleh Abidzhar.

Dengan seketika Disti pun tertawa melihat wajah kicep Nina yang habis diceramahi oleh anak gemas dihadapannya "Dengerin kata Masbi dong Bubuu, manusia itu lebih mulia dari Jin dan sebagainya. Lalu kenapa kita harus takut?"

Abidzhar pun dengan cepat mengangguk sembari ia melanjutkan memakan sosisnya yang entah sudah ke potongan berapa.

"Iya deh Masbi nanti Bubu coba gak takut lagi yaa, pintar bangett si Masbi ini. Anaknya siapa coba?" Sejujurnya Nina akan tetap ngeri pada keberadaan makhluk halus, bukannya apa dia memang penakut untuk urusan seperti itu.

Tapi untuk sekarang biarlah ia kesampingkan rasa takutnya, karena ke gemasannya lebih besar pada mahkluk kecil didepannya ini di bandingkan takutnya pada makhluk halus yang entah dimana itu.

Abidzhar dengan sigap menjawab pertanyaan Nina "Anaknya Umma dan Buya dong Bubuu." Ya Ampun doa apa yang dipakai saat membuat mu Abidzhar.

Disti dan Nina pun seketika berpandangan, "Kamu nanti jadi mantu Amih/Bubu aja ya mas." Mereka mengucapkan hal itu secara berbarengan, cepat-cepatan mengucap nama panggilan mereka masing-masing.

Bintara yang mendengar hal itu pun seketika ngakak sendiri, bagaimana tidak. Ia dan Ditya suami dari Tari dan bapak tercinta dari Aruna Dyah Bimala sudah berjanjian mengenai hal ini.

"Telat lu berdua, udah disalip duluan sama Aruna. Udah deal dari dalam kandungan, anak lu berdua nunggu kloter selanjutnya aja." Dasar Ditya, dia satu-satunya laki-laki dengan mulut paling julid menurut Disti dan Nina.

Ditya yang sedang asik memanggang daging pun dengan keras di tabok oleh Zu "Enak aja, lu kata anak gua apaan pake deal-dealan. Segala nunggu kloter kedua lagi, lu kira lowongan kerja."

Tari yang melihat suaminya di tabok pun seketika ngakak dengan keras "Tabok aja Zu sekalian yang kenceng, emang suka rada-rada orangnya. Orang Aruna mau gua ajak nyari oppa-oppa korea dulu."

"Aruna sama Masbi aja ibuuuu." Rupanya mereka lupa, makhluk kecil dengan kepintaran nalar luar biasa ini masih ada disekitar mereka dan memperhatikan semuanya sembari tetap menikmati sosisnya.

Dan yang dapat dilakukan semua orang dewasa di sana hanyalah menepuk jidat mereka masing-masing sembari mengucapkan Astaghfirullah.

Cerita Tak UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang