Chapter 3

212 17 0
                                    

"Yee gua menang" Teriak Angkasa saat motor merah yang dia kendalikan pada game di PlayStation menyentuh garis finish meninggalkan motor hitam milik Samudra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yee gua menang" Teriak Angkasa saat motor merah yang dia kendalikan pada game di PlayStation menyentuh garis finish meninggalkan motor hitam milik Samudra.

"Bentar-bentar stik PS gua kayak rusak deh" Ujar Samudra memukul-mukul Stik hitam ditangannya itu.

"Tiba-tiba melambat karena itu lo bisa nyusul gua" Bela Samudra tidak terima kalau dia kalah.

"Gak usah alasan lo" Ujar Angkasa melihat Samudra terus mencari alasan.

"Yee gak percaya" Balas Samudra memutar malas matanya.

"Lo terima aja, kalau lo kalah"

"Iya-iya berisik banget lo"

"Seminggu ke depan gua punya babu" Lanjut Angkasa tertawa meledek Samudra.

"Anjing"

"Kok lo kasar sama sama majikan lo?" Lanjut Angkasa.

"Iya tuan maap tuan muda" Pasrah Samudra tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengaku kalah.

Benar sebelum memulai game itu, mereka sudah bertaruh siapa yang kalah akan menjadi babu satu Minggu full, dan Samudra kalah dan sialnya lagi ide itu darinya.

"Eheem" Angkasa mendehem sambil menatap Samudra tak lupa dia tersenyum.

Samudra menatap balik Angkasa meminta penjelasan.

"Kayak gua haus deh" Ujar Angkasa memegang tenggorokan.

"Minum" Jawab Samudra menatap botol minum yang berada tepat di samping Angkasa.

"Gua gak mau yang ini, gua mau yang panas" Ujar Angkasa.

"Apa?" Potong Angkasa melihat Samudra menarik dalam nafasnya.

"Gak, bentar yang tuan muda gua ambil dulu" Balas Samudra berdiri pergi mengambil air permintaan tuan mudanya.

"Cepat ya babu ku" Teriak Angkasa masih terdengar oleh Samudra.

"Asu lo" Umpat Samudra.

Tawa Angkasa meledak mendengar umpatan Samudra, itulah yang dari tadi dia tunggu. Dia sangat senang mengerjai Samudra.

Samudra melangkahkan kakinya menuju dapur yang terletak di lantai satu rumahnya. Rumah itu dua lantai itu tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil untuk dihuni oleh Papa, Mama, Angkasa, dan Samudra. Mereka memiliki satu pembantu yang membantu membersihkan rumah dan memasak.

Saat Samudra mengisi air untuk Angkasa, suara pagar dibuka mengalihkan atensi Samudra. Itu Papa dan Mama sudah lebih dari satu bulan mereka tidak pulang karena ada pekerjaan penting di luar kota. Bahkan kemaren kali pertama Angkasa terapi tanpa mama. Samudra segera mendekat kearah pintu menyambut kedua orangtuanya itu. Bohong jika dia tidak merindukan mereka, Angkasa saja sampai mengamuk karena dia terlalu sering menanyakan kapan kedua orangtuanya itu akan pulang.

Ujung SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang