Maya wanita itu twngah duduk di ruang tamu memangku laptopnga, mata Samudra bertemu pandang dengan wanita itu saat melangkah masuk ke rumah Aurora kembali setelah membeli sarapan dan obat di apotik. Bisa dikatakan hubungan Samudra dengan Maya tidak baik, begitu ketara kalau Maga tidak menyukai Samudra. Samudra hanya menatap sekilas kemudian berjalan menuju kamar Aurora.
Bayangan Aurora yang tertidur di lantai bersandar pada jendela tadi pagi saat bi Rini berhasil membuka pintu kamar Aurora dengan kunci cadangan masih jelas di kepala Samudra. Dan Maya penyebabnya, membuat Samudra kali ini memilih mengabaikannya tanpa menyapanya. Biarkan dulu seperti ini.
"Mau kemana kamu?" Suara itu membuat langkah Samudra terhenti dan mengalihkan pandangan ke sumber suara.
"Jangan menganggu Aurora, dia harus belajar" Lanjut Maya tanpa.melihat kearah Samudra.
Samudra menarik sedikit bibirnya tipis mendengar ucapan Maya kemudian melanjutkan langkahnya tidak mempedulikan larangan itu.
Samudra masuk ke dalam kamar suansa pink milik Aurora itu, warna kamarnya saja yang cerah tidak dengan isi dan pemiliknya, kamar itu di penuhi buku-buku yang berserakan di meja belajar, bahkan sampai ke tempat tidur saat Samudra memindahkan Aurora tadi, dan pemiliknya sekarang masih setja memejamkan mata.
Samudra menarik kursi mendekat kearah Aurora ranjang Aurora, agar mempermudahnya menganti kompres di dahi Aurora.
"Rara mata lo bengkak banget, lo nangis berapa lama sih Ra?" Tanya Samudra sambil memeras air kompresan sebelum akhirnya meletakkan kembali ke dahi Aurora.
"Maaf gua telat"
"Lo bandel banget, gua udah bilang jangan nangis kalau gak bareng gua" Lanjut Samudra menahan kompresan di dahi Aurora.
"Liat lo demamkan?" Ujar Samudra oada Aurora yang masih seria memejamkan matanya.
"Jago banget lo bikin gua khawatir" Kini tangan Samudra beralih mengusap pelan rambut Aurora.
Ucapan-ucapan itu membuat Aurora mengeliat karena terganggu.
"Rara bangun dulu" Ujar Samudra menepuk pelan pundak Aurora.
"Tidurnya lanjut nanti, sarapan dulu terus minum obat biar pusingnya hilang"
"Rara" Panggil Samudra membangun gadis itu.
"Hmm" Balas Aurora membuka matanya pelan. Dihadaoannya ada Samudra yang duduk mengompres dahinya.
Apa yang perlu Aurora khawatirkan, saat membuka mata sebuah senyuman milik Samudra yang menyambutnya lembut. Apa yang harus dia takutkan kalau Aurora itu punya Samudra ?
Setelah menyelesaikan sarapannya, kini Samudra memberikan beberapa obat untuknya.
"Ini minum, biar pusingnya hilang" Ujar Samudra menyodorkan obat dan segelas air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Samudra
Teen FictionSamudra Arkasana "Kalian nunggu gua matikan? Tunggu sebentar lagi, sedang diusahakan" Angkasa Nathan Wijaya "Kalian cuma berusaha buat gua tetap hidup, tanpa pernah bertanya apa alasan gua ingin terus hidup" Aurora Raza Derandra "Sesekali tanyaka...