"Apa mau lo sa, ngomong yang jelas" Ujar Aurora, sekarang masih berharap semua yang ada di pikiran itu salah.
"Disini kita pertama kali ketemu, sekitar sepuluh tahun lalu Ra" Ujar Samudra seakan melihat pertemuan pertama mereka.
"Makasih udah selalu jadi sahabat gua, sepuluh tahun belakangan ini dan ayo tetap jadi sahabat ke depannya"
"Sahabat?" Ujar Aurora tersenyum tipis.
"Perlakuan lo akhir-akhir ini apa itu masih bisa di sebut sahabat sa? Jelasin sikap lo belakang ini sa" Ujar Aurora mulai mengerti arah pembicaraan Samudra.
"Itu kesalahan Ra, lupain semuanya. Perasaan itu hanya karena kita terbiasa bersama Ra"
"Lupain perasaan lo Ra, lo cuma sedang bingung, sama seperti gua belakang ini"
Aurora tertawa mendengar ucapan Samudra. "Sa lo dan perasaan lo itu urusan lo, tapi lo gak ada hak raguin perasaan gua Sa"
"Ra.."
"Jangan minta maaf, lo yang bilang jangan minta maaf kalau lo gak salah" Potong Aurora.
"Kyara ya sa?" Tanya Aurora berbicara tanpa berniat melihat ke arah Samudra.
Tidak ada jawaban dari Samudra.
"Okey, sorry gua egois. Ayo tepati janji kita dulu, jadi sahabat selamanya " Ujar Aurora.
"Sana kejar Kyara, jangan sampai di ambil yang lain" Ujar Aurora.
"Ayo, nanti kita double date" Ujar Aurora.
Saat Samudra ingin berbicara, dering dari handphonenya berbunyi. Terpampang nama Kyara di layar handphone milik Samudra itu.
"Angkat sa, sekalian gua pamit balik duluan bentar lagi gua les" Ujar Aurora berdiri membereskan barangnya.
Namun saat Aurora hendak pergi tangannya di tahan oleh Samudra. "Gua udah pesan ojol" Ujar Aurora.
Sekali lagi dering telepon milik Samudra lagi-lagi berbunyi.
"Sana angkat, pokoknya nanti yang dapat pacar duluan harus traktir Boba" Ujar Aurora tersenyum kemudian pergi meninggalkan Samudra, untung saja ojol pesanan Aurora datang tepat waktu.
"Maaf, tapi gua belum siap jika harus kehilangan lo"
***
Sudah beberapa minggu sejak Samudra menegaskan batasan dari hubungan mereka berdua, hari itu mereka sepakat untuk kembali berteman.
Hari ini seperti biasa kantin sekolah, selalu jadi tempat favorit saat jam istirahat. Bukti hanya beberapa meja yang tersisa. Beruntung guru yang mengajar kelas Aurora keluar lebih cepat, sekarang dia bisa menikmati makanan di depannya tanpa harus ikut antri.
Aurora makan, sesekali tertawa mendengar cerita dean, dean itu teman sekelas Aurora semenjak kelas satu. Semenjak kejadian itu Aurora berfikir tidak ada salahnya membuka hati untuk Dean, lagipula ini yang di inginkan Samudra bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Samudra
Teen FictionSamudra Arkasana "Kalian nunggu gua matikan? Tunggu sebentar lagi, sedang diusahakan" Angkasa Nathan Wijaya "Kalian cuma berusaha buat gua tetap hidup, tanpa pernah bertanya apa alasan gua ingin terus hidup" Aurora Raza Derandra "Sesekali tanyaka...