Samudra melangkahkan kakinya menuruni satu persatu anak tangga berwarna abu-abu itu, terlihat di meja makan sudah ada Angkasa, papa dan mamanya sarapan bersama sebelum akhir keluar menjalani aktivitas mereka masing-masing. Samudra segera bergabung duduk di samping Angkasa. Samudra mulai mengolesi roti miliknya, tidak ada yang spesial itu seperti sarapan pada umumnya.
"Sayang dihabisin sarapannya, abis itu obatnya jangan lupa di minum ya" Ujar Amanda mengusap pelan kepala Angkasa sebelum akhirnya menjauh menuju dapur.
Dibalas anggukan oleh Angkasa.
Tidak berselang lama, Amanda yang sebelumnya ke arah dapur, sekarang kembali bergabung membawa segelas susu ditangannya.
Kemudian menyodorkan pada Angkasa, Samudra menatap sekilas segelas susu itu kemudian kembali menatap roti dihadapannya. Hanya ada segelas susu, dan itu milik Angkasa.
Angkasa menatap sekilas ke arah Samudra, ini bukan kali pertamanya Angkasa merasa samudra itu diperlakukan beda dengan dirinya. Sudah berulang kali Angkasa mengatakan pada kedua orangtuanya untuk memperlakukan mereka dengan sama. Namun itu hanya berlaku beberapa hari pada akhirnya mereka tetap saja melupakan Samudra. Angkasa butuh perhatian lebih karena sakit, alasan tidak masuk akal yang selalu diucapkan Amanda. Samudra memang tidak sakit, tapi bukan berarti dia tidak berhak mendapatkan kasih sayang kedua orangtuanya. Begitu juga dengan Samudra dia lebih banyak diam dan menunduk saat berkumpul bersama. Kadang dia juga berusaha mencairkan suasana, walaupun akhirnya yang menanggapi hanya Angkasa. Bohong jika Samudra tidak menyayangi kedua orangtuanya. Angkasa sering mendapati Samudra tersenyum memperhatikan kedua orang tuanya diam-diam, mendapati samudra memasak bersama bi Ani di hari ulang tahun orang tuanya, bahkan dia tidak pernah absen memberi kado. Masih banyak hal lain yang kadang membuat Angkasa merasa rasa sayang Samudra untuk kedua orangtuanya bahkan lebih besar dibanding rasa sayangnya.
Angkasa menggeser segelas susu itu kearah Samudra. Samudra yang awalnya menunduk melihat ke arah Samudra meminta jawaban.
"Buat lo aja, hari ini lo harus menang" Ujar Angkasa tersenyum tipis. Samudra yang ragu menatap sekilas mama dan papanya. Kemudian dia hanya diam tidak berniat mengambil segelas susu itu.
"Bawa pulang medali emas" Lanjut Angkasa menyodorkan segelas susu itu pada Samudra.
Kemudian Samudra tersenyum menerima segelas susu itu, kemudian meminum hingga tandas. Susu itu terasa lebih enak dari biasanya mungkin karena itu buatan mamanya.
Hari ini adalah hari dimana Samudra akan tanding taekwondo, setelah dia lolos pertandingan semifinal kemaren hari ini dia lanjut ke babak final, memperebutkan siapa juara pertama. Setelah menyelesaikan sarapannya Samudra harus pergi duluan untuk persiapan tandingnya, Samudra pergi setelah berpamitan.
Angkasa menatap gelas bekas susu itu, Susu itu habis oleh Samudra tanpa bersisa.
"Ma, lain kali gak perlu buatin susu kalau cuma buat Angkasa" Ujar Angkasa menatap mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Samudra
Teen FictionSamudra Arkasana "Kalian nunggu gua matikan? Tunggu sebentar lagi, sedang diusahakan" Angkasa Nathan Wijaya "Kalian cuma berusaha buat gua tetap hidup, tanpa pernah bertanya apa alasan gua ingin terus hidup" Aurora Raza Derandra "Sesekali tanyaka...