Chapter 41

116 15 0
                                    

Kilas Balik Ujung Samudra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kilas Balik Ujung Samudra

Samudra yang berada di ruangan Aby tiba-tiba menerima telepon penting. Tanpa memberikan penjelasan, dia segera berlari menuju IGD, di mana Angkasa telah terbaring tidak sadarkan diri dan dibawa ke ruang ICU. Dalam ketegangan yang terasa tak tertahankan, Samudra hanya bisa menunggu di depan pintu putih yang memisahkan mereka. Tak lama kemudian, Amanda dan Andra berlari mendekat, bergabung dalam kekhawatiran yang sama.

Amanda, yang sebelumnya duduk di ruang tamu sambil bermain dengan ponselnya, terkejut melihat Angkasa mendadak sesak napas dan akhirnya kehilangan kesadaran. Ini bukan pertama kalinya Angkasa mengalami kondisi seperti ini, dan sekarang, lagi-lagi dia berakhir di ruang ICU.

Tangisan Amanda menggema di ruangan itu, menciptakan atmosfer kecemasan yang mendalam. Dia merapatkan diri pada pelukan Andra, yang mencoba untuk memberinya sedikit ketenangan, meskipun dia sendiri merasa sangat gelisah. Sementara Samudra hanya diam, matanya terpaku pada pintu ruang ICU, hilang dalam pemikiran dan kekhawatiran yang berkecamuk di benaknya.

Setelah sekitar setengah jam berlalu, pintu ruangan akhirnya terbuka, dan Amanda serta Andra segera mendekatinya, berharap mendapat kabar baik tentang Angkasa.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Andra dengan penuh kekhawatiran.

"Maaf, Bapak bisa ke ruangan saya sebentar?" Jawab dokter dengan ekspresi serius.

"Jawab, Dok, bagaimana anak saya?" Tangis Amanda pecah, kekhawatiran dan kepanikan melandanya.

Detak jantung Samudra berhenti sejenak saat dia mendengar permintaan maaf dari dokter. Pikirannya berputar cepat, berharap yang terbaik namun takut akan yang terburuk.

"Jawab, Dok," ujar Amanda dengan nada putus asa sambil terus menangis. Dokter menghela nafas berat. "Kita sempat kehilangan detak jantung Angkasa, tapi untungnya jantungnya merespon setelah diberi alat kejut jantung," jelas dokter tentang kondisi Angkasa.

"Sekarang kita hanya bisa berdoa dan menunggu Angkasa sadar," lanjut dokter. Mendengar penjelasan dokter, Samudra merasa jantungnya hampir meledak. Dia merasa bersyukur dan lega bahwa Angkasa masih bertahan.

"Angkasa, terima kasih," bisik Samudra sambil menatap pintu ruangan ICU dengan penuh harapan.

Samudra akhirnya meninggalkan ruang dokter Jake, kemudian berhenti sejenak di ruang IGD. Di balik jendela kaca yang bening, dia melihat Angkasa terbaring dengan alat-alat medis yang menempel di tubuhnya.

"Sakit, ya, Asa?" ucap Samudra dengan suara lembut.

"Maaf, lo harus mengalami ini semua. Maaf gua maksa lo untuk tinggal. Gua tahu gua egois, dan gua akan tetap egois."

"Lo gak boleh pergi," kata Samudra, tetapi dia terkejut saat Andra tiba-tiba berdiri di depannya.

"Pulang," ujar Andra dengan tegas.

Ujung SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang