Samudra Arkasana
"Kalian nunggu gua matikan? Tunggu sebentar lagi, sedang diusahakan"
Angkasa Nathan Wijaya
"Kalian cuma berusaha buat gua tetap hidup, tanpa pernah bertanya apa alasan gua ingin terus hidup"
Aurora Raza Derandra
"Sesekali tanyaka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dering hp milik Kyara memenuhi ruangan inap milik Aurora, membuat Kyara yang sebelumnya tertidur di sofa tidak jauh dari Aurora terbangun. Setelah menerima telepon itu Kyara bergegas keluar ruangan tanpa sempat pamit pada Aurora dan Juan.
Kyara berlari di lorong rumah sakit itu, sampai akhirnya terlihat ruangan yang sudah di penuhi beberapa dokter dan suster disana.
"Pa Angkasa sudah sadar?" Tanya Kyara memastikan.
"Sudah sayang, barusan dia sempat bangun dan tidur lagi karena masih lemah, mungkin satu jam ke depan dia akan bangun lagi" Ujar dokter Jake dokter langganan Angkasa dan papa Kyara.
"Papa bakalan tetap sembunyiin semuanya?" Tanya Kyara.
"Kalau itu yang terbaik kenapa tidak" Ujar Jake memperhatikan Angkasa dan kedua orang tuanya yang setia menunggu putranya di sisi ranjang.
"You did it Samudra" Ujar Dokter Jake memperhatikan Angkasa kemudian beranjak pergi.
"Ayo pulang, besok kita kesini lagi" Ujar Dokter Jake pergi di susul oleh Kyara.
Sekitar pukul setengah dua pagi, Angkasa perlahan membuka matanya, membiarkan cahaya masuk ke indra penglihatannya. Merasakan kekakuan di tubuhnya, ia menyadari sudah berapa lama tertidur di ruangan itu. Angkasa melihat sekeliling dan menemukan papanya tertidur di sofa di samping ranjangnya, sementara mamanya tertidur bersandar di ranjangnya.
Dia meletakkan tangannya di atas dadanya, Angkasa terdiam sejenak, mendengarkan detak jantungnya. Setelah dua menit berlalu, detak jantung itu membuatnya merasa sangat nyaman. Ia tersenyum lebar, sekarang dia sembuh tanpa perlu lagi minum obat untuk mempertahankan hidupnya.
Di ruangan itu, ada kedua orangtuanya yang setia menunggunya, namun yang kurang hanyalah abangnya, Samudra.
"Samudra tunggu gua bakal jemput lo" Batin Angkasa.
Angkasa memutuskan untuk membangunkan mamanya, Amanda, yang kaget dan segera mendekatinya dengan penuh kekhawatiran. Amanda langsung bergegas memanggil dokter, namun Angkasa menahan tangannya.
Mendengar suara-suara itu Andra juga terbangun dari tidurnya segera mendekat ke arah Amanda yang tengah memeluk erat putranya yang sudah kurang lebih tiga bulan berbaring koma di rumah sakit itu, Andra tersenyum melihat pemandangan itu. Ingin bergabung namun dia terlalu gengsi.
Di sini ada mama dan papa yang masih setia menunggunya.
"Sekarang Angkasa sudah sembuh," ujar Angkasa menatap kedua orang tuanya.
Amanda mengangguk, "Putra mama sudah sembuh."
"Angkasa berhasil menepati janji Angkasa, sekarang waktunya papa dan mama yang menepati janji kalian," jelaskan Angkasa menatap orang tuanya bergantian.