Chapter 39

123 12 0
                                    

Ini balik ke masa lalu lagi ya!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini balik ke masa lalu lagi ya!!

Kilas Balik Ujung Samudra

Hari ini Samudra berumur tujuh belas tahun, di luar tanggal lahir yang di sematkan yang berikan ibu panti benar atau tidaknya karena tidak ada identitas asli saat dia ditemukan.

Samudra keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya, sedangkan Angkasa masih sibuk berkelumun di bawah selimut melanjutkan mimpi-mimpinya. Entah berapa kali Samudra mencoba membangunkannya, akhirnya Samudra menarik selimut Angkasa.

"Woy asa bangun, lo udah telat" Ujar Samudra.

"Asa udah setengah delapan" Lanjut Samudra.

"Bohong anj, gua masih ngantuk jangan ganggu gua" Dengus Angkasa kembali menyamankan tidurnya.

"Mampus, gak percaya"

Angkasa yang tidurnya sudah terusik kini dengan santai mengambil handphone di meja di sebelah ranjangnya, memastikan jam berapa sekarang karena dia sangat yakin kalau Samudra itu berbohong.

Namun Angkasa segera berdiri melihat jam yang tertera di layar handphonenya jam setengah delapan lewat, dan dia terlambat.

"Sial sa kenapa gak bangunin gua" Teriak Angkasa kemudian berlari ke kamarnya dia harus bersiap, hari ini pameran hasil fotonya akan di pajang di festival sekolah.

Samudra hanya menggeleng melihat kelakuan Angkasa, Angkasa dengan segala keunikannya.

Sekarang sudah pukul sebelas Samudra berdiri di depan cermin berpakaian lengkap, dia menggapai sebuah kotak kecil berwarna dongker. Dia menatap sekilas kalung dengan liontin berbentuk bunga matahari.

Samudra mengirimkan sebuah pesan singkat pada Aurora, kemudian berjalan turun namun hendak keluar dari rumah itu dia menerima telpon dari Samudra, laki-laki ceroboh itu melupakan tugasnya, setelah berusaha mencari akhir Samudra menemukan tugas milik Angkasa itu tercecer di ruang kerja papanya.

"Dasar bocah, nanti kalau papa pulang, tambah cape liat ruangannya lo berantakin" Ujar Samudra melihat ruang kerja papanya bertebaran sepertinya Angkasa mencari sesuatu di ruangan itu. Samudra menyimpan handphonenya ke dalam saku jaket leathernya kemudian mulai membersihkan ruangan itu, Samudra memunguti berkas-berkas itu kemudian kembali memasukannya ke dalam lemari.
Sampai akhirnya sebuah amplop putih, menarik perhatian Samudra pasalnya ada namanya tertera disana. Sempat ragu akhirnya Samudra melihat isi amplop itu. Samudra semakin meremat kertas itu beriringan dengan selesainya dia membaca surat itu.

Sebuah notifikasi dari handphonenya membangunkan Samudra dari lamunannya, kemudian dia bergegas menyimpan surat itu lagi seperti sediakala kemudian meninggalkan ruangan itu.

Samudra melajukan motor miliknya itu, tidak peduli rintik hujan yang kini turun membasahinya. Selang beberapa waktu kemudian Samudra memarkir motornya di parkiran Panti Asuhan Samudra itu, Panti asuhan ini menjadi saksi saat orang tuanya meninggalkannya begitu saja di depan pintu panti asuhan, itu juga alasan ibu panti memberinya nama Samudra sesuai dengan nama panti asuhan itu.

Ujung SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang