Kilas Balik Ujung Samudra
Beberapa bulan belakangan ini, semenjak Samudra memutuskan hubungan mereka tidak lebih dari seorang sahabat, dan hubungan mereka mulai renggang. Tapi sesungguhnya Samudra selalu ada si sekitar Aurora. Samudra mengikuti Aurora diam-diam, memastikan gadis itu sampai dengan selamat sampai dirumah.
Sore itu cuaca nya cukup mendung tapi Aurora tetap memutuskan keluar kamar, dia sudah cukup lelah jika harus menangis sendiri di kamarnya itu.
Samudra menurunkan topinya, kemudian berjalan mengikuti Aurora, semenjak mengantarkan Samudra dari jauh sepulang sekolah tadi Samudra merasa Aurora sedang tidak baik-baik saja, karena itulah Samudra disini dan benar tidak lama Samudra sampai dia melihat Aurora yang sudah berpakaian olahraga keluar dari rumahnya. Samudra bisa melihat mata gadis itu sedikit sembab.
Setelah berlari beberapa putaran, Aurora akhirnya memilih untuk duduk di sebuah kursi di pojok taman. Dengan pandangan kosong, ia menatap orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya. Suasana hatinya hari ini sungguh buruk, setelah baru saja dimarahi oleh mamanya karena nilai ujiannya tidak sesuai ekspektasi. Oleh karena itu, dia datang ke taman dengan harapan bisa meredakan sedikit perasaannya.
"Sepertinya akan lebih baik kalau lo ada di sini, Samudra," gumam Aurora sambil menendang batu kerikil di depannya.
Dia mengambil napas dalam-dalam. "Entah mengapa, dia begitu merindukan Samudra sekarang" batinnya sambil terus menatap ke kejauhan.
Ditambah dengan keputusannya untuk menjauh dari Samudra belakangan ini, Aurora semakin merasa rindu padanya. Ia berharap, bahkan dalam hatinya, bahwa Samudra akan muncul kembali. Dia bahkan berharap Samudra merasa cemburu saat melihat Aurora bersama laki-laki lain, walaupun Aurora sendiri mencoba menerimanya. Sejak hubungan mereka menjadi renggang, Aurora merasa seperti kehilangan dirinya sendiri.
Aurora yang dulunya enggan berkenalan dengan orang baru, apalagi laki-laki, sekarang bisa dengan mudahnya pergi dan pulang bersama laki-laki yang berbeda-beda. Namun, Aurora merasa bingung dengan apa yang sebenarnya dia cari dalam hubungan itu. Hingga akhirnya, kata-kata Dean datang seperti kilat, mengingatkannya bahwa dia tidak akan menemukan Samudra di orang lain. Yang Aurora benar-benar inginkan hanyalah Samudra.
Tiba-tiba air mata meluncur di pipi Aurora. Ia segera mengusapnya dengan gerakan refleks. Entah mengapa belakangan ini, saat dia berbicara tentang Samudra, tangisnya mudah tumpah. Rindunya begitu dalam, dan ini merupakan waktu terlama baginya tanpa bertemu Samudra.
Atau memang dirinya bertambah rapuh, karena tidak ada lagi Samudra disisinya.
Aurora kembali menghapus air matanya dengan punggung tangannya.
Namun di tengah lamunannya, tiba-tiba ada seorang badut mendekat ke arahnya. Badut tersebut berupa beruang coklat, dan ia membawa sebuah balon yang diberikan kepada Aurora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Samudra
Teen FictionSamudra Arkasana "Kalian nunggu gua matikan? Tunggu sebentar lagi, sedang diusahakan" Angkasa Nathan Wijaya "Kalian cuma berusaha buat gua tetap hidup, tanpa pernah bertanya apa alasan gua ingin terus hidup" Aurora Raza Derandra "Sesekali tanyaka...