Kilas Balik Ujung SamudraSeperti dugaannya kini Samudra di sambut tatapan marah Andra, bahkan tanpa berbicara dia melayangkan pukulan pada Samudra.
"Maaf"
"Jangan marah pa, Samudra tetap tepati janji Samudra"
"Jangan benci Samudra, Samudra tetap donor jantung ini ke Angkasa walaupun dia nolak pa" Ujar Samudra meyakinkan Andra, dia tidak mau di tatap seperti itu lagi, di tatap penuh kebencian.
Tidak sadar diri tapi Samudra sudah terlalu senang ditatap teduh oleh Andra.
"Tetap sayang sama Samudra pa" Ujar Samudra.
"Ayo tatap Samudra seperti beberapa bulan terakhir, tetap sayang, dan perhatiin samudra seperti perjanjiannya pa" Ujar Samudra menatap mencari-cari tatapan sayang itu, tidak perduli itu hanya ke kepura-puraan.
"Samudra bakal tanda tangan di kertas baru"
"Jadi tetap sayang sama Samudra pa" Ujar Samudra penuh harap, Angkasa benar -benar pengemis sekarang.
Kemudian sebuah tarikan, dan tamparan melangkah di pipi Samudra.
"Mama" Ujar Samudra melihat siapa yang baru saja menghadiahinya sebuah tamparan.
"Kenapa kamu memukul Angkasa?"
"Berani sekali kamu menyakiti putra saya" Ujar Amanda tersulut emosi bagaiman tidak Angkasa pulang dengan banyak luka dan pelakunya Samudra, pak Budi akhirnya mengaku setelah Amanda mendesak akan memecatnya.
"Samudra juga putra mama" Ujar Samudra.
"Jika terjadi sesuatu pada Angkasa, saya tidak akan diam" Ujar Amanda menatap marah ke arah Samudra.
"Samudra sayang mama" Ujar Samudra namun tidak ada balasan dari Amanda.
Saat Samudra hendak mengejar amanda lengannya di tahan oleh Andra.
Andra kini menatap marah ke Samudra."Samudra gak mau di pukul, Samudra mau di sayang pa" Ujar Samudra beriringan dengan air matanya.
Entah kenapa, Samudra begitu mengemis. Dia hanya takut tidak lagi merasa sayang orang tuanya, rasa sayang beberapa bulan terakhir membuat Samudra gila sampai mengemis berlutut agar orang tuanya kembali sayang sayang padanya tidak peduli kalau itu hanya pura-pura.
Samudra bahagia, dan tidak belum puas, merasa di sayang, dia takut. dia pesimis. Sesaat setelahnya Samudra menutup matanya, menikmati pukulan-pukulan yang di layangkan oleh Andra.
Sekarang entah pukulan ke berapa yang sudah Samudra terima, kini Andra beranjak hendak meninggalkannya.
Namun Samudra menahan kaki Andra"Jangan berhenti pa, pukul Samudra sampai marahnya hilang"
"Sampai marahnya hilang, dan bisa sayang lagi sama Samudra" Ujar Samudra.
"Kamu benar-benar tidak malu" Ujar Andra menendang Samudra yang menahan kakinya.
"Samudra tidak malu, asalkan papa bisa maafin Samudra" Ujar Samudra.
"Samudra bakal lakuin apapun biar papa bisa maafin Samudra" Ujar Samudra.
"Kalau gitu saya mau kamu mati dan donor..." Ujar Andra.
"Pa" Ujar Angkasa memotong ucapan Andra.
"Ikut gua" Ujar Angkasa menyeret Samudra naik ke kamarnya.
Angkasa menghentakkan kasar tangan Samudra, saat mereka tiba di depan kamar Samudra."Lo benar-benar gak punya malu Sa" Ujar Angkasa.
"Maaf" Ujar Samudra menatap Angkasa, sebuah plester di pinggir bibirnya. Luka itu gara-gara Samudra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ujung Samudra
Ficção AdolescenteSamudra Arkasana "Kalian nunggu gua matikan? Tunggu sebentar lagi, sedang diusahakan" Angkasa Nathan Wijaya "Kalian cuma berusaha buat gua tetap hidup, tanpa pernah bertanya apa alasan gua ingin terus hidup" Aurora Raza Derandra "Sesekali tanyaka...