Samudra Arkasana
"Kalian nunggu gua matikan? Tunggu sebentar lagi, sedang diusahakan"
Angkasa Nathan Wijaya
"Kalian cuma berusaha buat gua tetap hidup, tanpa pernah bertanya apa alasan gua ingin terus hidup"
Aurora Raza Derandra
"Sesekali tanyaka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kilas Balik Ujung Samudra
Di sisi lain, Angkasa merosot di balik pintu. Dia menekuk kepalanya dan membiarkan isak tangis yang telah dia tahan sejak tadi akhirnya keluar.
"Maaf, abang," lirih Angkasa dengan suara yang penuh penyesalan.
Angkasa mencoba mengambil nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan jantung yang berdegup kencang. Menyingkirkan Samudra dari hidupnya bukanlah keputusan yang mudah, dan dia telah berjuang keras untuk menahan diri agar tidak memeluk Samudra dengan erat.
"Maaf, gua nyakitin lo, Sa. Gua banyak nyakitin lo," ujar Angkasa di tengah isak tangisnya yang semakin kuat.
Suara isak tangis yang terdengar membuat Amanda mendekat, dan dia menemukan Angkasa meringkuk di depan pintu. Tanpa ragu, Amanda mendekat dan mencoba memeluk Angkasa.
"Lepas," ujar Angkasa, menolak pelukan Amanda dengan tegas.
"Sayang, tenang" Ujar Amanda menenangkan Angkasa nafas nya pun terdengar berat.
"Kenapa?" tanyanya Angkasa menatap Amanda
"Salah Samudra apa? sampai dia harus sesakit itu?"
"Salah Samudra apa ma?" Teriak Angkasa, mengeluarkan rasa sesak di dadanya.
"Jawab Angkasa kenapa" Ujar Angkasa airmata nya tidak berhenti turun.
Ketika mendengar teriakan itu, Andra yang sebelumnya berada di dalam kamar mendekat dengan langkah cepat. Dia menemukan Angkasa dan Amanda duduk di depan pintu, dengan anak semata wayangnya menangis dengan isak tangis yang mengguncang hati Andra. Itu adalah kali pertama Andra melihat Angkasa menangis sehebat itu, dan rasa khawatir serta kecemasan segera menyelimuti hatinya. Tanpa ragu, Andra segera berjongkok di dekat mereka.
"Jangan dipukul" Ujar Andra menahan tangan Angkasa yang berusaha memukul dirinya.
Angkasa yang menyadari kedatangan Andra kini, menatap Andra "Papa tau di pukul itu sakit? kenapa papa selalu mukul Samudra?" Ujar Angkasa.
Angkasa tertawa "Seru ya Pa punya lawan yang cupu kayak Samudra? Seru karena Papa tau orang goblok itu tidak akan pernah balas pukulan Papa iya?"
"Kenapa Samudra harus menaruh rasa sayang begitu banyak untuk Papa dan Mama?" Ujar Angkasa dia merasa begitu bersalah.
Angkasa merasa sangat terpukul saat ia memikirkan senyuman tulus Samudra beberapa bulan terakhir ini. Senyum tulus saat menerima sedikit kasih sayang dari kedua orang tuanya, padahal dia tau yang dia dapat hanya ke pura-puraan. Bahkan dia harus menggantinya dengan hidupnya.
"Maaf, tapi itu semua papa lakukan untuk kamu" Kali ini Andra membuka suara.
"Papa dan Mama tidak bisa kehilangan putra kami satu-satunya" Kini Amanda ikut menangis.
Angkasa melepaskan pelukan Amanda kini berdiri, dia menatap berganti Andra dan Amanda kemudian tertawa.
"Sepertinya kalian memang tidak pernah anggap Samudra sedikit pun" Ujar Angkasa penuh rasa kecewa.