Chapter 44

119 13 0
                                    

Kilas Balik Ujung Samudra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kilas Balik Ujung Samudra

Samudra berlari menyelusuri setiap gang, keringat sudah membasahi hampir seluruh baju kaos yang dia gunakan.

"Aurora" Nama itu yang Samudra teriakan berharap pemilik nama itu menyahutinya.

Samudra tidak peduli, mengabaikan orang-orang yang menatap aneh padanya. Samudra yang tadi tengah memukul samsak berlari setelah mendengar Aurora tidak ada kabar sekarang sudah sangat malam.

"Sialan" Ujar Samudra merutuki dirinya bagaimana tadi dia membentak Aurora, kewarasannya diambil alih oleh rasa marahnya, melihat Aurora di pegang sembarang oleh manusia bangsat, ditambah ternyata semuanya kebohongan Gadis itu sengaja membohongi dirinya.

Ini pertama kali Smudra membentak Aurora, rasa bersalah saat melihat bola mata Aurora berkaca membuat Samudra melampiaskan rasa bersalah memukul samsak di ruangan latihan.

Tapi sekarang gadis itu tidak ada kabar, Samudra sangat takut sekarang. Dia terus berlari menyelusuri gang-gang itu namun nihil. Tidak ada tanda keberadaan Aurora.

"Aurora, lo harus baik-baik saja ra"

"Gua mohon angkat telepon gua" Ujar Samudra nafasnya putus-putus.

Sampai akhirnya dering telpon dari Juan.

"Aurora ketemu" Ujar Juan di balik panggilan telepon.

"Dimana, dia baik-baik aja kan juan"

"Sa lo dimana"

"Juan jawab gua Aurora dimana?"

"Dia di bar" Balas Juan.

"Jemput gua, di gang depan TK Pertiwi" Balas Samudra.

"Tk Pertiwi, gila lo jalan kaki sejauh itu sa?"

Bukan menjawab pertanyaan Juan," Jemput gua sekarang" Ujar Samudra kemudian mematikan panggilan telepon.

***

"Berhenti jadi murahan cuma karena cari perhatian dari gua!" bentak Samudra, matanya menatap tajam ke arah Aurora. Aura ketegasannya terasa begitu kuat hingga menciptakan keheningan menegangkan di antara mereka.

Mati-matian, Samudra menahan dirinya saat melihat air mata membanjir dari mata Aurora, beriringan dengan kedipan matanya yang lelah. Gadis yang selama ini menjadi pusat perhatiannya, gadis yang selalu dia jaga dan lindungi, kini meneteskan air mata karena dirinya sendiri.

"Semua yang gue lakuin cuma buat jaga janji gua aja, buat nemenin lo. Gua lakuin itu karena lo sahabat gua, Ra," ujar Samudra dengan suara berat yang mencerminkan perjuangannya menahan emosi. Dia merasa sangat bersalah.

"Dan kelakuan lo belakangan ini, berharap gua cemburu?"

"Dibanding cemburu, gua rasa gua lebih merasa kasihan."

Ujung SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang