Chapter 16

144 15 0
                                    

"Papa" Ujar Samudra yang baru saja masuk ke dalam rumah disambut papanya sudah bersedekap tangan sambil menatap tidak ramah kearahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Papa" Ujar Samudra yang baru saja masuk ke dalam rumah disambut papanya sudah bersedekap tangan sambil menatap tidak ramah kearahnya.

"Papa udah pulang?"

"Kapan sampai?" Ujar Samudra mendekat dengan senyum terpatri di wajahnya.

"Katakan kesalahanmu?" Suara Andra tidak terlalu kuat tapi membuat suana mencekam.

Samudra menelan ludahnya bersamaan dengan luntur senyum di wajahnya.

"Maaf pa" Ujar Samudra pelan, bahkan sekarang menatap mata Andra Samudra tidak berani.

"Katakan kesalahanmu Samudra" Ujar Andra kali ini nadanya lebih tinggi dari ucapannya sebelumnya.

"Salah Samudra mengajak Asa naik motor"

Andra hanya menatapnya menanti jawaban lain.

"Salah Samudra mengajak Asa main hingga sore, tanpa meminta izin"

"Bagus, kamu menyadari kesalahannya bodohmu itu, nasib baik putra saya baik-baik saja"

"Maaf"

"Sekarang pertanggung jawabkan kesalahanmu itu"

Samudra mengangguk pelan, kemudian melepaskan tas ransel yang masih ada di punggungnya. Kemudian terus menunduk berjalan mendekat menuju Andra.

Samudra menyempatkan menatap Andra meski sekilas, kini Samudra hanya berdiri diam dihadapan Andra mempertanggung jawabkan kesalahannya.

"Samudra sayang papa" Batin Samudra bersama dengan satu tamparan mendarat di pipi kirinya.

Samudra yang sedikit terhuyung, marena tamparan itu tidak main-main. Karena tidak mau membuat Andra semakin marah dia segera kembali ke posisi awalnya, siap menerima pukulan selanjutnya.

Entah sejak kapan, memukul Samudra menjadi pelampiasan emosi untuk Andra, membuat isi kepala sedikit mereda.

Andra kembali melayang pukulan pada lawannya itu tanpa belas kasihan, kali ini pukulan mendarat di perut Samudra. Memikirkan kejadian buruk yang bisa menimpa Angkasa karena kelakuan bodoh Samudra membuat rasa kasihannya terkubur jauh. Bukan hanya sekali, anak di hadapannya itu seperti sengaja membiarkan hal-hal berbahaya pada putranya Angkasa. Bahkan entah berapa tahun dia mendapatkan pukulan karena memberi gummy bear pada Angkasa yang tentu saja itu tidak sehat. Tapi tidak ada efek jera, dia akan terus mengulanginya. Walaupun sesudahnya dia mempertanggung jawabkan seperti sekarang.

Satu pukulan cukup kuat, membuat Samudra kini tersungkur ke belakang.

"Berdiri" titah Andra, melihat Samudra yang tersungkur di lantai dingin itu.

"Sakit pa" Ujar Samudra mengusap pelan rasa asin di tepi bibirnya.

"Ingat jangan lakukan hal bodoh yang bisa mencelakai putra saya" Ujar Andra kemudian meninggalkan Samudra yang masih tersungkur dilantai.

Ujung SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang