Chapter 17

151 14 0
                                    

Sudah sekitar setengah jam Juan duduk diatas motornya menunggu Samudra, akhirnya sekarang Samudra menampakkan dirinya berjalan keluar sambil menenteng tasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah sekitar setengah jam Juan duduk diatas motornya menunggu Samudra, akhirnya sekarang Samudra menampakkan dirinya berjalan keluar sambil menenteng tasnya.

Juan melempar kunci motornya, dan untung saja reflek di tangkap oleh Samudra.

"Ayo balik, motor lo tinggal disini aja. Gua malas bawa motor" Ujar Juan.

Samudra tidak bergerak, dia hanya menatap Juan.

"Terserah lo mau marah atau gak, sekarang ikut gua"

"Ingat lo gak punya rumah buat pulang" Ujar Juan mengangkat sedikit alisnya.

"Bangsat" Umpat Samudra, Juan tetaplah Juan batin Samudra. Dan beruntung Samudra itu punya Juan.

"Cepat, pipi gua sakit lo pukul"

"Lebay lo monyet" Ujar Samudra mendorong kasar Juan agar dia bisa duduk.

"Kasar banget lo sama gua" Ujar Juan dengan nada yang dia sedih-sedihkan.

"Jijik, gak usah sok akrab gua masih marah sama lo" Ujar Samudra mulai melajukan motor merah milik Juan, menuju rumah Juan.

Tidak jauh sekitar sepuluh menitan, mereka sudah sampai di rumah Juan. Rumah itu sederhana hanya satu lantai dan dua kamar tidur, namun rumah itu sangat hangat. Buktinya sekarang saat deru motor Juan memasuki pekarangan rumah, Di pintu masuk kini sudah ada sosok dengan senyuman manis menunggu Juan. "Bunda tunggu di dalam aja dingin" Omel Juan, jangan heran Juan akan mendadak sangat manis jika bersama keluarga.

"Bunda pake jaket kok, eh ada Samudra di suruh masuk sayang" Ujar Bunda Juan menyambut hangat Samudra.

Juan dan Samudra masuk setelah bersalaman dengan Bunda, sekarang mereka bertiga sudah masuk kedalam rumah nuansa abu-abu itu, di kursi tamu terlihat ayah Juan tengah sibuk dengan beberapa kertas di hadapannya.

"Sibuk banget bro" Ujar Juan mendekat dan bersalaman dengan ayahnya diikuti Samudra.

"Iya bro, masalah negara banyak banget" Balas ayah Juan. Samudra hanya sedikit tersenyum melihat interaksi ayah dan anak itu.

"Eh ada Samudra, santai anggap rumah sendiri aja" Ujar ayah menyapa Samudra.

"Jangan yah, nanti dia gak tau diri" Ujar Juan, mendapatkan pukulan pelan dari ayahnya.

"Jangan di dengar, mulut Juan jelek kayak akhlaknya" celetuk bunda membawakan minum untuk mereka.

"Bunda" Ujar Juan tidak terima.

"Pipi kamu kenapa? Samudra juga, habis berantem?" Ujar ayah melihat pipi putra satu-satunya itu sedikit memerah begitu juga temannya yang jauh lebih parah.

"Mampus lo gua aduin bapak gua" Bisik Juan pada Samudra yang duduk di sampingnya.

Samudra tidak menanggapi omongan Juan, dia hanya tersenyum tipis.

Ujung SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang