Chapter 18

147 15 0
                                    

Juan melangkah kakinya mencari keberadaan teman-temannya, keadaan cafe ini cukup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juan melangkah kakinya mencari keberadaan teman-temannya, keadaan cafe ini cukup . Untung saja Revan yang melihat Juan melambaikan tangannya membuat Juan lebih mudah menemukannya.

"Sialan kita janji jam berapa?" Ujar Revan langsung menuding Juan.

"Ya maaf, tadi gua nemanin bunda bentar" Ujar Juan duduk bergabung dengan Revan dan Melvin.

"Alasan" Cibir Revan.

"Sendirian aja lo, Samudra mana?" Tanya Melvin, melihat Juan datang sendirian.

"Lah mana gua tau, dia belum datang?" Balas Juan.

"Belum, bocah kampret padahal dia yang ngajak. Bentar gua chat dulu" Ujar Revan mengirim pesan pada Samudra.

"Pipi lo kenapa? Jangan bilang lo berantem lagi sama Samudra baru juga baikan" Ujar Revan memperhatikan pipi Juan lebih merah di banding tadi siang.

"Enggak anjing, lagian gua juga kapok berantem sama Samudra, dia kalau mukul gak main-main. Gua gak dapat privilege sebagai temannya anjing" Jelas Juan panjang lebar.

"Hahaha mampus" Ujar Revan.

"Terus pipi lo kenapa?"

"Dipukul Angkasa" Balas Juan singkat, sesuai prediksi Revan dan Melvin terkejut tak percaya.

"Angkasa adeknya Samudra?" Tanya Melvin memastikan.

Hanya di balas anggukkan oleh Juan.

"Lo bikin masalah apa Juan, sampai adeknya Samudra ikut turun tangan"

"Masa persahabatan kita cuma sampai sini, gila kali lo gak mau gua" Lanjut Revan.

"Kenapa dia mukul lo ?, Samudra tau?" Tanya Melvin.

Lagi-lagi Juan menggeleng.

Juan tersenyum melihat wajah tegang teman-temannya itu. "Santai gua gak ada masalah sama Samudra, siang tadi udah kelar. Angkasa mukul gua bukan gara-gara Samudra dia bilang gua terlalu berisik" Jelas Juan kemudian meminum es americano nya yang baru saja sampai.

"Gak salah sih lo memang berisik" Ujar Revan.

"Lo balas gak?" Ujar Melvin.

"Enggaklah gila kali lo, bisa mampus Juan di tangan Samudra" Jawab Revan menggebu-gebu.

"Gak sempat dia keburu kabur" Balas Juan pembelaan.

"Alasan, bilang aja lo takut pawangnya" Ujar Revan kemudian tertawa.

Satu pesan masuk ke handphone miliknya Revan.

"Samudra? dia udah dimana?" Tanya Melvin pada Revan.

"Dia gak datang, dia bilang ada urusan keluarga" Balas Revan. Diam-diam Revan memperhatikan raut wajah Juan mengeras. Dia bahkan mengumpat pelan.

Ujung SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang