13. 🥞

18 3 7
                                    



🥭🥭🥭🥭🥭

Setelah kepulangan Theo, tidak berapa lama kemudian Jean kembali datang bersama Indri dan juga Abigail. Muka mereka semua masam seperti orang habis bertengkar. Lalu, Jean dan Indri berpamitan untuk pulang dan bersalaman dengan Abigail.

Sekarang, Alya menatap malang adik sepupunya akibat terkena bogeman Jean tadi membuat sudut bibir Abigail sobek saat ketahuan mengantar Indri ke depan rumah om Vivian. Jean sudah meminta maaf pada Abigail karena ia salah paham mengira Abigail macam-macam padahal dia cuma antar.

Alya mengoleskan salep pada luka Abigail. "Masih sakit ngga?"

"Ngga sih," Cowo itu menautkan alisnya. "Cowo overprotektif gitu emang baik ya kak?"

"Ngga tahu sih," Alya menaruh kapas bekas kedalam plastik sampah. "Tapi ngga baik juga kalo berlebihan."

"Yang namanya over pasti berlebihan,"

"Iya ya. Haha."

"Kayaknya temen lo itu ke kekang deh," Abigail meregangkan ototnya dan mengambil hape dari meja. "Main aja ngga boleh kan?"

Alya menatap bingung adiknya. "Jangan urusin urusan orang lain," tegasnya.

Abigail mengangguk. "Kak, minta nomor kak Indri boleh?"

Alya menganga tak habis pikir. "Eh, mau ngapain bocil?"

"Minta doang,"

"Dih," Alya beranjak, mengembalikan kotak p3k di tempatnya. "Nanti tanya Indri nya dulu boleh ngga nomornya di kasihin ke degem kayak lo."

Abigail mendengus, "Yaudah kabarin kalo boleh."

"SIANG BESTIE!!" pekik suara cempreng dari luar dan sekarang sudah terdengar masuk ke area dalam. Itu Zennaya.

Abigail menutup telinganya lalu berlari kabur ke kamar.

"Dih, udah mulai tengil ya sekarang," cibir Zennaya duduk.

Alya kembali ke ruang tamu, terkejut melihat Zennaya yang sudah duduk, datang tanpa di undang. "Lo ngapain deh?"

"Ish, lo kek ngga suka gitu sama gue." Zennaya menyibakkan rambutnya ke belakang. Menyatukan tangan menompa dagunya. Memandang Alya dengan tatapan memohon.

Alya sudah curiga, pasti anak ini ada maunya.

"Al,"

Siaga 1.

"Alya..."

Siaga 2

"Al, anterin yuk."

Siaga 3.

Alya masih diam belum mau merespon.

"Anterin ke cafe barunya Gio," pinta Zennaya dengan mimik yang sengaja di melas-melaskan.

Alya melengos panjang, meninggalkan Zennaya. "Males."

Zennaya pun beranjak mengejar Alya yang sudah menaiki tangga. "Please... Hari ini jam 3 acaranya udah di mulai."

"Lu siapanya anjir segala dateng ke acaranya?" cibir Alya tak habis pikir.

"Grand opening, Al. Pasti banyak promo, kayak beli 1 yang tadinya harganya 65 ribu jadi cuma 45 ribu."

"Ya terus?" Alya sebenarnya mau, cuma hari ini dia lagi ngga mood. "Gua males ah, gua mau drakoran. Lagi sad gue tuh," ungkapnya mengingat kembali raut wajah khawatir Jean beberapa puluh menit yang lalu.

Zennaya merengek. "Please... Disana ada Pradikta, Al."

Alya mengerjap seketika. Ia pun menoleh pada Zennaya. Agak kurang yakin sama ucapan sahabatnya ini karena Zennaya kebanyakan bohongnya.

Who Am I? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang