34.

19 3 5
                                    

🦊🦊🦊🦊🦊🦊

Theo mengerjap pelan, sedikit merasa pegal di area pinggang dan juga lengan, juga merasakan sensasi dingin di area dahi. Matanya terbuka perlahan dengan kabur melihat sosok perempuan yang masih tertidur di sebelahnya. Theo seketika tersenyum sembari menyingkirkan tangan Alya yang berada di atas dadanya. Kemudian, Theo mencium bibirnya sekilas sebelum bangun untuk pergi ke kamar mandi dan membuat sarapan di dapur.

Theo membuka kulkas yang lumayan banyak cemilan dan beberapa makanan siap masak, contohnya telur, ayam potong, nugget, dan sisaan sate bekas pulang konser semalam.

Theo mengambil kotak ayam potong yang sudah di bumbui, di letakkan di meja kompor. Ia berjalan untuk mengambil penggorengan dan menuangkan minyak disana.

"Gila gua kan ngga bisa nyalain kompor," gumamnya menggaruk pelipisnya.

Daripada gagal memasak, Theo mengembalikan kotak ayam tadi masuk kedalam kulkas dan memutuskan untuk beli sarapan di luar.

Theo membuka gorden kamar, menatap Alya yang masih pulas, lalu ia pun berbisik, "Bubby... aku beli sarapan dulu ya..."

"Iya bub," balasnya sendiri dengan suara sengaja ia imutkan.

Akhirnya, Theo pergi dari kostan, jalan menuruni tangga dan keluar gedung mencari-cari tukang jualan di pinggiran jalan raya. Disana ia berhenti di tukang bubur ayam dan membeli makanan tersebut.

Banyak pasang mata yang memperhatikan Theo, namun cowo itu lebih memilih untuk mengabaikannya saja.

"30 ribu sama sate ya, mas," ucap penjual.

Theo mengangguk, mengeluarkan uang pas dari dompetnya, lalu mengambil pesanannya. "Makasi ya bang,"

"Sama-sama, mas,"

Theo berbalik arah dan kembali berjalan menuju kostan dengan langkah senang.

Sesampainya di kostan, Theo menyadari bahwa Alya sudah terbangun dari tidurnya. Perempuan itu sedang duduk di sofa sambil bermain game di ponsel dengan televisi yang menyala.

"Hai," sapa Theo melepas sendal, bersamaan dengan pintu tertutup.

Alya menoleh senyum. "Hai..."

"Kamu nunggu lama?"

Alya melirik bawaan Theo. "Kamu abis darimana?"

"Aku beli sarapan," Theo duduk di sebelah Alya. "Itu bubur ayam,"

Alya memegang leher Theo mengecek suhunya yang sudah tidak panas lagi, lalu melepas kompresan di dahinya. "Kamu keluar pake ini ngga malu?"

Theo memasang wajah polos. "Anjir pantes gue di liatin tadi sama ibu-ibu,"

Alya tertawa pelan sambil mengelus rambut Theo. "Gapapa, ini kan bayi gede," ucapnya membuat Theo mendengus geli.

"Aku kira kamu goreng ayam tadi soalnya pas aku bangun penggorengan masih disana,"

"Maaf ya... aku pengen goreng tadi, tapi ngga tau nyalain kompor."

Alya menahan tawanya. "Bohong?"

"Serius." Theo membuka bungkus buburnya, "Kamu tim bubur di aduk atau ngga di aduk?"

"Aku dua-duanya bisa,"

"Oke," Theo mengaduk bubur tersebut, menyendokkan untuk Alya untuk ia suapi. "Aaaa,"

Alya menghindar. "Aku bisa makan sendiri,"

"Aaaaa,"

Alya terpaksa membuka mulut dan membiarkan Theo menyuapinya.

Who Am I? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang