23. 😴❓

16 1 9
                                    


🦊🦊🦊🦊

Alya menepuk pelan orang yang duduk di sebelah mejanya. "Boleh aku foto ngga?" tanya Alya meminta izin.

Messa yang sedang sibuk membaca wattpad pun menoleh, lalu menaikkan alisnya. "Kenapa, kak?"

"Boleh foto bareng ngga?" tanyanya ulang.

Messa berpikir sejenak sebelum mengangguk mengiyakan. Akhirnya Alya mendekatkan bangkunya, duduk bersebelahan dengan Messa.

"Zen, potoin bentar," Ponselnya di ambil Zennaya tanpa babibu.

"1... 2... 3..." Cekrek. "Dah tuh, bagus ngga?" tunjuknya.

"Oke, bagus." Alya kembali mengambil ponselnya dan menunduk berterima kasih pada Messa.

"Jualan kamu enak, bumbunya pedes sama asin, dan ngga bikin enek," puji Messa tersenyum lalu kembali fokus pada wattpadnya.

Alya senang karena mendapatkan pujian. Ini resep bumbu sosis bakar dari neneknya dulu waktu masih tinggal di Tasik malaya.

"Lo kenal dia?" bisik Zennaya setelah Alya sudah menggeser bangkunya ke tempat semula.

"Dia pelanggan gue," jawab Alya sambil membuka room chatnya dengan Theo, lalu mengirimkan foto tadi.

"Yeeee gue juga tau... Ni orang lama-lama nyebelin anjir," dumel Zennaya.

"Salah lagi hamba," Alya menangkup pipi Zennaya dan menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri. "Lo ada masalah apa lagi sih?"

Zennaya langsung mencebikkan bibirnya. Alya memang selalu peka. Sebenarnya ia datang kesini karena ingin melupakan masalahnya sejenak.

"Kok tau gue ada masalah?" lirihnya.

"Keliatan mata lo cemas banget kek orang abis berantem," Alya menurunkan tangannya dan bertumpu di atas meja. "Kenapa cerita aja."

"Gue ribut sama Haru,"

"Kenapa?"

"Lu tau kan cerita dia berantem sama bokapnya gara-gara motor bokapnya di pake buat balapan?" Alya mengangguk. "Nah... dia ngulang lagi, alhasil bokapnya makin ngamuk."

"Gue udah bilang jangan balapan terus, Garrel juga udah nasehatin dia tapi dia malah marah-marah. Dia marah-marah ke gue, katanya gue ngga ngerti situasi."

"Kok bisa Haru ngomong gitu?"

Zennaya mengedikkan bahunya. Dia juga ngga tau alasan yang jelas kenapa Haru bisa ngomong kayak gitu.

"Anaknya doyan balapan emang?"

"Heem, suka banget. Bahkan kayaknya sebulan aja bisa 4 sampe 5 kali."

"Kenapa harus pake motor bokapnya? Dia ngga ada motor sendiri?"

"Ada, tapi masih di bengkel."

"Kenapa ngga tunggu aja motornya kelar abis dari bengkel?"

"Karena dia sesuka itu sama balapan makanya ngga bisa kalo ngga ikut balapan walaupun cuma sekali absen."

"Anjir fanatik banget,"

Abigail sedari tadi menyimak pun menyahut, "Ada sesuatu yang buat dia ke trigger kali makanya jadi balapan terus,"

Zennaya nampak diam.

"Temen gue juga ada yang kecanduan balapan." Abigail memakai topi sengaja ke balik atau model ke belakang. "Awalnya candu gara-gara hadiahnya gede tapi lama kelamaan candunya karena bisa gonta-ganti cewe."

"Haru ngga mungkin gitu sih kayaknya," Alya menoleh pada Zennaya yang masih diam. "Ya kan? Mukanya aja ngga ada tampang jahatnya."

"Gatau ah, pusing,"

Who Am I? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang