09. 😳🌹

21 1 4
                                    

alya maafin loh kalo nyelekit pas sm jean...

sorry i am sorry, love u al

🐾🐾🐾🐾

Malam-malam kayak gini, tepatnya jam setengah 9, mereka bertiga lagi asik minum kopi karena ada niatan buat begadang sambil curhat-curhat di balkon. Alya emang suka banget minum kopi, malah hampir setiap hari dia minum. Sedangkan, Indri dan Ishyka minum kopi kalo lagi mau aja.

Suasana hening, mereka tiba-tiba sibuk sendiri sama pikiran masing-masing.

Alya menatap langit sendu. Terlintas nama orang tuanya. Kira-kira mereka lagi apa ya?

Ishyka mengusap pelan bahu Alya. "Mata lo berkaca-kaca, Al," kata Ishyka.

Alya mengerjap pelan. Ia menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes. "Eh sorry," kekehnya.

"Kenapa?"

"Ngga apa-apa kok," Alya meminum kopinya. "Cuma lagi... kangen seseorang aja," meletakkan kopinya di meja.

Ishyka menyenderkan bahunya ikut menatap langit. "Gua juga lagi kangen seseorang,"

"Siapa?" tanya Indri.

"Mama gue," lirih Ishyka.

Alya lantas menoleh ke Ishyka. Dia mulai merasakan ada hal yang tidak beres terjadi di keluarga temannya ini.

"Kadang sedih ngga sih kenapa ya keluarga bisa pecah kayak gini?" keluh Ishyka.

Mereka tanpa sadar mengangguk semua.

"Gua jadi kangen sama tante Zia," Indri menghela nafasnya. "Jean selalu bilang jangan lupa telpon tante tapi gua lupa mulu karena udah asik sama dunia sendiri,"

"Nyokap lo masih belum bisa di hubungin?"

Indri menggeleng lemah. "Belum. Lagian udah susah soalnya nyokap tinggal di luar negri. Udah ngga kepikiran juga, cuma tante Zia doang yang gua pikirin."

Alya hanya diam. Dia tidak berani untuk menanggapi karena takut melewati batas.

"Nyokap gue juga gitu. Padahal kak Caca udah usaha buat cari tapi ngga pernah ketemu," sahut Ishyka.





"Mereka sayang kita ngga ya?" tanya Indri tiba-tiba.





Iya ya.

Papa dan mama Alya sayang ngga ya sama Alya?

Tapi kok kalo sayang kenapa cuma Caitlin aja yang di perhatiin?





"Gua pengen keluarga utuh dan bahagia kayak keluarga cemara gitu," lirih Indri.

"Keluarga cemara belum tentu bahagia kok," sahut Alya menatap Indri tanpa sadar matanya sudah berair.

Ishyka dan Indri terkejut. "Lo kenapa?"

Alya menundukkan kepalanya. Berusaha menahan air matanya dan bilang kalo dia baik-baik aja tapi ternyata ngga bisa.

Alya sedih karena selalu merasa di bandingkan dan di acuhkan sama orang tuanya sendiri. Kakaknya sudah jelas ngga suka sama dia. Omongan Caitlin selalu aja nyakitin hati Alya dan buat dia jadi takut bahkan sampe mengeluarkan pendapat  pun rasanya susah.

"Gua capek," ucap Alya masih menunduk.

Ishyka yang ada di sebelahnya mengelus bahunya pelan. "Lo bisa kok cerita ke kita berdua kalo lo mau,"

Alya menatap Ishyka dan Indri bergantian. "Gua boleh cerita?"

Mereka berdua menganggukkan kepala. Indri menggeret kursinya jadi di depan Alya membuat lutut mereka saling bersentuhan.

Who Am I? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang