43

18 3 4
                                    

🦊🦊🦊🦊🦊

Setelah melakukan panggilan dengan Theo, Alya mengembalikan ponsel pada Zennaya yang sedang mengelus Yeontan. Alya melihat itu tidak tahu mengapa jadi merasa bersalah, mengingat Zennaya adalah orang yang paling peduli dengannya selama ini.

"Zen," Alya menunduk. "Gua minta maaf ya..."

Zennaya menoleh bingung. "Kenapa?"

"Karena gua bareng Theo, lo pasti ngga suka,"

"Yaudahlah mau gimana lagi? Lo juga batu," Dari nada bicaranya jelas masih terbesit nada tidak suka bercampur kecewa di dalam kalimat itu. "Ngga gampang juga jadi lo, jadi gua berusaha ngerti,"

Alya mengangguk pelan. "Gua tau lo mau ngelindungin gue,"

"Iyalah," sahutnya cepat. "Masa liat temen gue di deketin buaya gua diem aja?"

Zennaya memicingkan matanya karena menyadari luka yang ada di pipi dan pelipis sahabatnya. "Itu kenapa dah?"

Alya memegang pelipisnya. "Berantem."

"Sama Theo?!"

"Bukan," Alya menggeleng. "Sama papah,"

Zennaya mendelik kaget. Ia langsung mendekat pada Alya untuk melihat dengan jelas lukanya. "Al? Sumpah di apain?!"

"Papah belain Caitlin abis itu nampar gue," ucapnya pelan.

Zennaya jadi geram sendiri. "Anj── Ngga bener tai bokap lo!"

"Sorry karena baru ngasih tau," gumam Alya.

"Gapapa... Tapi ini, Al...?" Zennaya mengusap rambutnya ke belakang. "Laporin polisi!"

"Buat apa? Ngga akan ada gunanya,"

"Terus lo mau diem aja?"

"Gua begini karena gua berontak," Alya menghembuskan nafasnya pelan. "Emang seharusnya diem aja, ngga ngelawan."

"Gua labrak anjing Caitlin sama bokap lo, liat aja," tegas Zennaya. "Ini orang rumah ada yang nyariin lo ngga?"

"Gua ngga buka hape dari kemarin, datanya gua matiin, makanya gua yang biasanya keluar bawa hape ini beneran gua tinggal karena males."

"Sumpah asli, orang tua sama kakak lo itu sakit," geram Zennaya.

"Zen," Alya menatap lekat sahabatnya. "Theo baik, keluarganya baik, mereka yang nolongin gue, mamah Theo meluk gue dan ngobatin lukanya,"

Zennaya tertegun. "Demi apa...?"

"Mereka baik, gua berasa punya rumah semenjak bareng sama Theo," Alya menunduk sambil memijit pangkal hidungnya. "Tapi..."

Zennaya memegang kedua bahu Alya. "Tapi apa?"

Alya ragu untuk bercerita mengenai dua hal yang ia temukan hari ini di apartemen Theo. Ia menggeleng untuk menguatkan diri. Rasanya, salah jika Alya bercerita hal yang belum pasti.

"Tapi gua masih insecure," alibinya. "Dan Theo bilang kalo dia akan ngeyakinin gue kalo gue secure,'

Zennaya terdiam.

Ia bingung harus seperti apa ia merespon. Kabar buruk tentang Theo saja sering ia dengar di kampus bahkan teman satu kelasnya sendiri yang bercerita. Dan melihat sisi dari pihak yang lain ternyata Theo tidak seburuk apa yang ia kira. Zennaya jadi bingung harus mempercayai siapa.

"Lo yakin sama dia?"

Sekarang Alya yang terdiam, namun beberapa detik kemudian ia mengangguk.

"Lo ngerasa sakit ngga sama dia?"

Who Am I? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang