🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊Theo membuka pintu apartementnya. Mempersilahkan Alya masuk ke dalam sana yang sudah di sambut oleh gonggongan anjing bernama Yeontan. Alya berjongkok untuk mengelus anjing tersebut. Theo melihat itu pun jadi terkekeh gemas.
"Ini Yeontan?" tanya Alya, suaranya sedikit serak karena habis menangis.
"Iya." Theo ikut berjongkok. "Tan, ini mama..."
Theo mengangkat Yeontan kedalam pelukannya, sedikit memundurkan wajah karena jilatan Yeontan yang lumayan brutal. Alya pun tertawa hingga matanya bengkaknya menyipit.
Di tengah-tengah itu, Theo masih sempat mengelus pipinya ikut senang karena Alya sudah mau tertawa.
"Tan, ini mama..." Jari telunjuknya menyentuh selangka Alya agar Yeontan melihatnya. "Tan... papah marah kalo kamu ngga nurut,"
Yeontan pun melihat arah tunjuk papahnya dan menggonggong.
"Ini mama Yeontan,"
"Haloo..."
"Say hi to your mom,"
Yeontan membalasnya dengan gonggongan kecil.
"Dia suka kamu, bub..."
Mereka berdua pun beranjak dengan Theo yang masih menggendong Yeontan juga menggandeng Alya untuk segera beristirahat di sofanya.
"Yeontan kamu tinggal sendirian disini?"
"Ada mamah..."
"Mamah?"
"Iya, lagi ke bawah sebentar."
"Aku kesini mamah kamu tahu?"
"Tau,"
"Dari semalem mamah kamu disini?"
"Ngga." Theo menggeleng. "Mamah dateng tadi pagi,"
"Terus semalem kamu nginep di kostan aku itu?"
"Jean sama Keynzo yang ada disini. Pokoknya rumah aku ngga pernah kosong, karena Yeontan harus di temenin."
Alya menganggukkan kepalanya, lalu tiba-tiba meringis sakit. "Aduh..."
Theo menurunkan Yeontan, kemudian menaruh semua atensinya pada Alya. "Sakit bagian mana bub?"
"Pipi aku perih,"
"Duduk dulu..."
Theo segera berlari ke dapur untuk membawa semangkok air dingin atau air es dan handuk kecil. "Aku kompres memar kamu dulu, terus nanti baru minum obatnya,"
Alya mengangguk, membiarkan tangan besar Theo mengompres dirinya. Sedikit tertawa pelan karena handuk yang Theo peras tidak terperas dengan baik sehingga airnya menetes ke baju dan pahanya.
"Kayak gini bub kalo meres handuk tuh," ucap Alya pelan sembari memeras handuk tersebut.
Theo tersenyum simpul dengan hati yang berbunga-bunga hanya karena mendengar Alya memanggilnya dengan sebutan 'bub'. Alya jarang memanggilnya dengan panggilan sayang.
"Terus baru di tempel disini," Alya menempelkan handuk di pipinya.
"Aku bisa bub sebenernya cuma──"
Bunyi pintu apartemen pun terbuka. Angelina yang menggunakan daster masuk ke dalam dengan tangan yang penuh membawa barang belanjaan. Pesonanya memang sangat cantik bahkan lebih cantik dari yang Alya lihat di layar kaca.
Angelina menatap mereka berdua, lalu tersenyum lembut pada Alya.
"Mah, ini Alya... temen deket aku," ucap Theo memperkenalkan Alya kepada mamahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I? [END]
Novela Juvenil── ALYA THEO There is no way for us Because, All the pain with us ©2023 / Kookiesbyjein noted : guys aku berterima kasih banyak bagi kalian yang sempetin waktu untuk baca dan ngasih vote di setiap chapternya dan ini beneran murni cerita karangan aku...