12. 👉💅

23 1 3
                                    

pesan buat dia, semoga bisa berubah yaa, siapin mental buat dapet balesannya nnti, sekian terima kasih.

💅💅💅💅💅

Indri datang di antar oleh temannya ke kediaman Christiano Anderson untuk bertemu Alya. Semalem mereka sudah bertukar kabar kalo Indri akan ke rumah sekitar jam 8 atau 9 pagi untuk memberikan titipan Theo sekalian mampir ke rumah omnya atau mantan suami dari tantenya.

Indri berdiri di depan pintu pagar. Bertegur sapa dengan satpam yang bernama pak galih. "Permisi pak," katanya.

Pah Galih tersenyum ramah, sebelumnya sudah di kasih tahu kalau nanti akan kedatangan tamu. "Mba Indri ya temannya mba Alya?" tanyanya.

Indri mengangguk. "Iya pak,"

Pak Galih langsung membuka pagar dan mempersilahkan Indri masuk. Cewe itu pun berjalan sampai ke depan pintu rumah yang lumayan besar.

Kakek Christian muncul dengan pakaian rapih, kayaknya sih mau pergi ke suatu tempat.

"Permisi, kek..."

"Eh... Ini temannya Alya ya?"

Indri tersenyum ramah. "Iya kek, aku Indri."

"Oh silahkan masuk aja, kakek buru-buru ngga bisa nemenin. Biasa ada urusan sama temen," jelas Kakek di iringi kekehan.

Indri mengangguk sebelum berjalan masuk ke dalam.

Sambil berjalan ia bergumam, "Ganteng banget udah tua juga,"

Indri melihat nuansa dan interior dari rumah ini. Elegan dan kebanyakan berwarna putih dan coklat susu. Lorong atas terdapat banyak kamar dan bisa ia lihat bahwa ada salah satu pintu berhiaskan tulisan Adisty. Pasti itu kamar Alya.

"Mau minum apa, non?" tanya bibi saat Indri baru mau duduk di sofa.

"Air putih aja ngga apa-apa, bi," jawab Indri.

"Oke, non. Kalo jus mau ngga non biar sekalian tak bikinin,"

Ia terkekeh canggung. "Boleh, bu."

Alya keluar dari kamar dengan pakaian tidurnya. Ia turun dari tangga. Melihat Indri dengan senyuman yang lebar. "Eh kenapa ngga telfon?" langkahnya ia percepat agar segera sampai dan bergabung bersama temannya.

"Ish orang udah di telfon," desis Indri menunjukkan riwayat panggilan whatsapp.

Alya terkejut. "Kok ga kedengeran sih?"

"Kak Alya, hape lo di gue!" seru Abigail berlari kecil menghampiri kakaknya.

Abigail dan Indri sempat saling melirik sebelum Indri mengalihkan pandangannya karena bibi datang dengan minuman jus.

"Di minum, non," Bibi meletakkan beberapa gelas dan juga dua teko yang berisi air putih dan satu lagi jus alpukat.

"Makasi, bi," balas Indri ramah.

"Itu ada cemilan di meja ambil aja ya non," lanjut Bibi dan Indri menjawabnya dengan anggukan.

"Kok bisa di lo?" Alya menatap Abigail bingung.

"Kayaknya hape kita ketuker,"

Alya mengeluarkan hape dari saku celana. Ternyata benar hape mereka ketukar sangking miripnya cassing hape mereka.

"Nih," Alya beralih menatap Indri cengengesan merasa bersalah. "Sorry yaa,"

Indri mendengus, pura-pura marah. "Ih males deh..."

"Utututu maaf deh," Alya merangkul Indri dan mereka pun tertawa bersama.

Abigail masih memperhatikan membuat mereka berdua berhenti tertawa dan menatap Abigail heran. Indri sampai mengelus rambutnya karena takut ada sesuatu yang salah, tapi ngga ada apa-apa.

Who Am I? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang