💝💝💝💝💝💝Theo mendadak kedatangan mamahnya ke apartement. Sebenarnya memang ini jadwal mamahnya datang menjenguk, tapi karena Theo lupa akhirnya semuanya menjadi mendadak.
Theo tidak sempat untuk beres-beres. Udah pasti kena omel mamah melihat ruangan dari segala sudut berantakan. Mau beres-beres sekarang juga rasanya percuma karena mamah pasti sudah sampai di lobby.
Dan betul saja, beberapa menit kemudian, bel apartement berbunyi. Theo berjalan kearah layar monitor mengecek dulu benar tidak itu mamahnya. Cowo yang baru bangun tidur itu terkekeh pelan ketika melihat penampilan mamahnya kesulitan membawa banyak barang.
Padahal Theo sudah bilang tidak usah membawa apa-apa, karena Theo bisa membelinya sendiri disini.
Theo membukakan pintu, tersenyum pada sang mama dan mencium kedua pipinya. "Tambah cantik aja ini, ibu-ibu," kekeh Theo sambil mengambil alih barang bawaan mamahnya.
"Treatment bang, pasti cantik," Angelina masuk kedalam, melepas sepatu dan meletakkannya di rak. "Kamu treatment ngga?"
"Skincare kan?"
"Iya."
"Pake."
"Tapi agak kasar itu kulitnya mama liat."
Theo refleks mengusap kedua pipinya. Merasakan kulitnya kasar atau tidak. "Ngga tuh, Theo ngerasa halus-halus aja."
"Tapi mamah perhatiin itu kek kasar gitu sih ya. Kamu maskeran ngga?"
"Jarang. Paling kalo main sama Jean, itu juga Indri yang suruh."
Angelina duduk di sofa, menatap anaknya yang kini duduk lesehan di karpet berbulu, lagi membuka salah satu paper bag berisi baju-baju Yeontan yang Angelina bawa.
"Jean sama Indri apa kabar?" tanya mamah. "Udah lama, ngga liat. Pengen deh ketemu sama mereka lagi."
"Alah, kabar dia mah baik mulu."
Angelina terkekeh. "Itu si Gio gimana? Terakhir ketemu minggu kemarin, curhat sama mamah lagi galau."
Theo menaikkan alisnya. Sejak kapan Gio curhat sama mamahnya?
"Kapan ketemunya?"
"Waktu mamah nemenin papahmu ke kampus, dan berakhir ketemu Gio di lorong ruangan dosen."
"Terus kalian makan bareng pasti?"
"Iya lah."
"Kurang-kurangin mamah gaul sama Gio, ntar ikutan galau."
"Daripada kamu, cari cewek mulu."
Nah, ini nih yang paling Theo malesin.
Angelina mengubah raut wajahnya jadi sebal. "Kamu sebenarnya sama siapa? Mama liat selalu aja beda-beda."
"Aku ngga sama siapa-siapa. Mereka semua cuma temen."
"Bang, jangan main-main kamu ya. Ngga bagus mainin hati perempuan," tegas mamah.
Theo mengangguk saja. Bukan sekali dua kali mamahnya menasehatinya tentang perempuan tapi rasanya seperti masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Ngga mempan.
"Siapa itu kemarin namanya Bianca ya?"
"Temen doang itu."
"Yakin?"
"Iya."
"Ya, mamah sih terserah abang sama siapa, cuma jangan main-main."
"Iya, mah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I? [END]
Fiksi Remaja── ALYA THEO There is no way for us Because, All the pain with us ©2023 / Kookiesbyjein noted : guys aku berterima kasih banyak bagi kalian yang sempetin waktu untuk baca dan ngasih vote di setiap chapternya dan ini beneran murni cerita karangan aku...