41.

13 1 5
                                    

🦊🦊🦊🦊🦊🦊🦊

"Alya duduk dulu disini ya," kata Angelina. "Tante driver makanan dulu, udah pada makan belum?"

Alya menggeleng kecil. "Belum tan," cicitnya.

"Bang, udah makan?" Theo menoleh lalu menggeleng. "Belum,"

"Oke, mamah pesen dua porsi berarti ya buat kamu sama Alya,"

"Mamah ngga?"

"Papah bentar lagi dateng,"

Setelah memesan makanan, Angelina kembali menatap Alya. "Nak, pipinya mau tante kompresin? Bang ganti air dingin yang baru gih,"

Theo berdiri mengambil mangkok tadi untuk ia ganti airnya.

"Ngga usah tante, Alya bisa sendi──"

"Kamu harus nurut sama mamah bub!" potong Theo dari dapur.

"Tuh pacar kamu aja bilang gitu, udah gapapa tante obatin sebentar," Angelina memeras kompresan yang Theo bawa. "Kalo kompres pelan-pelan, jangan di gesek-gesek juga nanti kulitnya luka."

Alya mengangguk sembari tersenyum kecil.

"Ini udah di bawa ke dokter kan, bang?"

Theo duduk di sebelah Alya dan membawa telapak tangan mungilnya masuk dalam sela jari-jarinya di atas paha. "Udah,"

"Kok ada ya yang jahat sama kamu kayak gini, nak..." Angelina membuka perban di pelipis Alya untuk di ganti yang baru. "Tapi kamu hebat loh sayang, pasti ngga mudah buat kamu,"

Theo menatap dalam wajah Alya dari samping. "Kamu berharga bub," ungkapnya.

Angelina mengangguk menyetujui. "Kamu berharga nak, terus kuat ya, jangan nyerah..."

Alya menunduk sesaat lalu kembali mendongak menatap mereka sendu. "Makasi karena udah baik sama Alya,"

"Sama-sama sayang..."

"Sama-sama bub..."

Angelina merapihkan segala barang pengobatan. "Udah selesai, nanti malem sebelum tidur di ganti lagi perbannya, terus kompres lagi."

Theo mengangguk. "Tenang, ada Theo disini."

Angelina memicingkan matanya. "Kali ini serius kamu?"

"Doain," Theo berdiri dan menggiring mamahnya untuk segera pergi karena papah sudah ada di lobby apartment. "Papah udah chat, katanya ada di lobby,"

Angelina berdecak kesal, tapi pasrah aja di dorong sama anaknya sendiri walaupun sempat protes. "Iya sabar bang, jangan dorong-dorong."

Angelina berjinjit mendongak ke arah Alya yang ikut berdiri, lalu ia melambaikan tangannya. "Hati-hati ya sayang... nanti kalo ada waktu tante jenguk ya..."

Alya melambaikan tangannya juga dengan senyuman lebar. "Iya tante, tante juga hati-hati ya..."

Angelina mengangguk sebelum tubuhnya keluar dari pintu.

Theo menutup tudung hoodienya, lalu menoleh ke belakang. "Bub aku anter mamah dulu ke bawah," izinnya.

"Iya." Alya mengangguk kecil.

Mamah dan anak itu pun pergi. Tinggallah Alya berdua disini bersama Yeontan. Ia mengelus anjing kecil itu dan membawanya dalam pelukannya. Naluri penasaran membuat matanya menatap sekeliling untuk mengamati setiap furnitur yang ada di kediaman Theo. Ini kali pertamanya, dan ia merasa sangat special.

Alya bangun dari sofa sambil membawa Yeontan untuk berkeliling. Ada satu hal yang membuat atensinya naik, yaitu banyak figura foto yang berdiri rapih di atas laci dekat ruang tv. Disana ada foto keluarga, foto Theo kecil, foto Yeontan, beberapa foto bersama teman-temannya, dan terakhir foto siluet perempuan yang tidak Alya ketahui dia siapa.

Who Am I? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang